Perjuangan Kemerdekaan Indonesia secara Fisik dan Diplomasi
1. Keuntungan dan kerugian perjuangan mempertahankan kemerdekaan secara
fisik & diplomasi
·
FISIK
Lokasi
Pertempuran |
Keuntungan |
Kerugian |
Surabaya |
|
Surabaya hanya dapat dipertahankan selama 3 minggu, Pejuang Jawa Timur harus mundur ke luar kota dan bergerilya. |
Ambarawa |
Ambarawa berhasil
dikuasai pasukan TKR. |
|
Bandung |
|
Bandung selatan
dibumihanguskan dengan cara
membakar beberapa tempat strategis. |
Medan |
|
Medan dikuasai
Sekutu karena markas TKR dan kantor gubernur dipindah ke Pematang Siantar. |
Palembang |
|
Belanda
menguasai Palembang, pasukan
Indonesia harus mundur 20 km dari
Palembang |
Bali |
|
Serangan udara
oleh Belanda karena Letkol I Gusti Ngurah Rai berusaha menghentikan keinginan Belanda mendirikan Negara
Indonesia Timur (NIT). |
Seluruh daerah
RI (Agresi Militer 1) |
TNI menguasai
pedalaman sambil menjalankan taktik bumi hangus dan gerilya |
Terjadi pengeboman
di beberapa tempat |
Yogyakarta (Agresi Militer 2) |
Karena Belanda
melanggar persetujuan
Renville, AS mengeluarkan resolusi
yang disetujui oleh semua anggota
sidang Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa
(DK-PBB), dan AS juga mengancam akan
menghentikan bantuan kepada Belanda (Marshall Plan :
bantuan AS kepada negara
yang menderita akibat Perang Dunia II) |
Terjadi pengeboman
sehingga Belanda berhasil menduduki ibukota RI. Pejabat tinggi seperti presiden, wakil presiden, dan lain-lain ditawan
Belanda. |
·
DIPLOMASI
1. Diplomasi Beras Tahun 1946
India ternyata juga memberikan bantuan obat-obatan kepada
Indonesia. Dampak yang ditimbulkan dari diplomasi beras adalah Indonesia
semakin mendapat simpati dunia internasional dalam perjuangannya mengusir
Belanda.
2. Perundingan Linggarjati
Perundingan Linggarjati dilakukan pada tanggal 10
November 1946 di Linggarjati, dekat Cirebon. Dalam perundingan ini, Indonesia
diwakili oleh Perdana Menteri Sutan Syahrir sedangkan Belanda diwakili oleh
Prof. Scermerhorn. Perundingan tersebut dipimpin oleh Lord Killearn, seorang
diplomat Inggris. Berikut ini beberapa keputusan Perundingan Linggarjati.
a)
Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia meliputi
Jawa, Madura, dan Sumatra.
b)
Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama membentuk
Negara Indonesia Serikat, dengan nama Republik Indonesia Serikat, yang salah
satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia.
c)
Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni
Indonesia Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya. Dalam perkembangan
selanjutnya, Belanda melanggar ketentuan perundingan tersebut dengan melakukan
agresi militer I tanggal 21 Juli 1947.
Meskipun isi Perundingan
Linggarjati tidak menguntungkan bagi Indonesia, namun berhasil mengundang
simpati internasional. Hal ini terbukti dengan adanya pengakuan kedaulatan oleh
Inggris, Amerika Serikat, Mesir, Lebanon, Suriah, Afghanistan, Myanmar, Yaman,
Saudi Arabia, dan Uni Soviet.
3. Perundingan Renville
Perundingan Renville dilaksanakan di atas Geladak Kapal
Renville milik Amerika Serikat tanggal 17 Januari 1948. Dalam perundingan
tersebut, pemerintah Indonesia diwakili oleh Perdana Menteri Amir Syarifuddin.
Sedangkan Belanda diwakili oleh Abdul Kadir Widjojoatmodjo. Hasil perundingan
tersebut adalah:
a)
wilayah Indonesia diakui berdasarkan garis demarkasi (garis
van Mook),
b)
Belanda tetap berdaulat atas seluruh wilayah Indonesia
sampai Republik Indonesia Serikat terbentuk,
c)
kedudukan RIS dan Belanda sejajar dalam Uni
Indonesia-Belanda,
d)
RI merupakan bagian dari RIS, dan
e)
pasukan RI yang berada di daerah kantong harus ditarik ke daerah
RI.
Nasib dan kelanjutan Perundingan Renville relatif sama
dengan Perundingan Linggarjati. Belanda kembali melanggar perjanjian dengan
melakukan agresi militer II tanggal 19 Desember 1948.
4. Konferensi Asia di New
Delhi
Konferensi Asia di New Delhi di selenggarakan pada tanggal
20 - 25 Januari 1949. Dalam konferensi tersebut hadir 19 negara termasuk utusan
dari Mesir, Italia, dan New Zealand. Wakil-wakil dari Indonesia antara lain Mr.
Utoyo Ramelan, Sumitro Djoyohadikusumo, H. Rosyidi, dan lain-lain. Hasil
konferensi meliputi :
a)
pengembalian Pemerintahan Republik Indonesia ke Yogyakarta,
b)
pembentukan pemerintahan ad interim sebelum tanggal 15 Maret
1949,
c)
penarikan tentara Belanda dari seluruh wilayah Indonesia,
dan
d)
penyerahan kedaulatan kepada Pemerintah Indonesia Serikat
paling lambat tanggal 1 Januari 1950.
Menanggapi rekomendasi Konferensi New Delhi, Dewan Keamanan
PBB mengeluarkan sebuah resolusi tanggal 28 Januari 1949 yang isinya:
a)
penghentian operasi militer dan gerilya,
b)
pembebasan tahanan politik Indonesia oleh Belanda
c)
pemerintah RI kembali ke Yogyakarta, dan
d)
akan diadakan perundingan secepatnya.
Dampak Konferensi Asia di New Delhi sangat jelas. Indonesia
semakin mendapat dukungan internasional dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan
dari ancaman Belanda.
5. Resolusi DK-PBB (Agresi Militer 2)
Berkaitan dengan agresi
militer Belanda II, pada
tanggal 28 Januari 1949, Dewan Keamanan
PBB mengeluarkan sebuah resolusi. Isi dari resolusi itu ialah sebagai berikut.
a)
Belanda
harus menghentikan semua operasi
militer dan pihak Republik Indonesia diminta untuk menghentikan aktivitas gerilya. Kedua pihak harus bekerja sama untuk mengadakan perdamaian kembali.
b)
Pembebasan
dengan segera dan tidak bersyarat
semua tahanan politik dalam
daerah RI oleh Belanda sejak 19 Desember 1948.
c)
Belanda
harus memberikan kesempatan
kepada pemimpin RI
untuk kembali ke Yogyakarta dengan segera. Kekuasaan RI di daerah-daerah RI menurut batas-batas Persetujuan Renville dikembalikan kepada RI.
d)
Perundingan-perundingan akan dilakukan dalam waktu yang secepat-cepatnya
dengan dasar Persetujuan Linggarjati, Persetujuan
Renville, dan berdasarkan pembentukan
suatu Pemerintah Interim
Federal paling lambat tanggal 15 Maret
1949. Pemilihan Dewan Pembuat
Undang Undang Dasar Negara
Indonesia Serikat selambat-lambatnya
pada tanggal 1 Juli 1949.
e)
Komisi Jasa-jasa Baik (KTN) berganti nama menjadi Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk
Indonesia (United Nation for Indonesia atau UNCI). UNCI bertugas
untuk: membantu melancarkan
perundinganperundingan untuk mengurus
pengembalian kekuasaan pemerintah RI, mengamati pemilihan, mengajukan usul mengenai berbagai
hal yang dapat membantu tercapainya penyelesaian.
6. Perundingan Roem - Royen
Terjadinya Agresi Militer Belanda menimbulkan reaksi yang
cukup keras dari Amerika Serikat dan Inggris, bahkan PBB. Hal ini tidak lepas
dari kemampuan pada diplomat Indonesia dalam memperjuangkan dan menjelaskan
realita di PBB. Salah satunya adalah L.N. Palar. Sebagai reaksi dari Agresi
Militer Belanda, PBB memperluas kewenangan KTN. Komisi Tiga Negara diubah
menjadi UNCI. UNCI kependekan dari United Nations Commission for Indonesia.
UNCI dipimpin oleh Merle Cochran (Amerika Serikat) dibantu Critchley
(Australia) dan Harremans (Belgia). Hasil kerja UNCI di antaranya mengadakan
Perjanjian Roem-Royen antara Indonesia Belanda. Perjanjian Roem-Royen diadakan
tanggal 14 April 1949 di Hotel Des Indes, Jakarta. Sebagai wakil dari PBB
adalah Merle Cochran (Amerika Serikat), delegasi Republik Indonesia dipimpin
oleh Mr. Moh. Roem, sedangkan delegasi Belanda dipimpin oleh van Royen. Dalam
perundingan Roem-Royen, masing-masing pihak mengajukan statement.
Delegasi
Indonesia menyatakan kesediaan pemerintah Republik Indonesia untuk:
a)
menghentikan perang gerilya,
b)
bekerja sama dalam mengembalikan perdamaian dan menjaga
ketertiban dan keamanan, dan
c)
ikut serta dalam Konferensi Meja Bundar di Den Haag untuk
mempercepat
d)
pengakuan kedaulatan kepada Negara Indonesia Serikat dengan
tanpa syarat.
Pernyataan dari delegasi Belanda, yaitu:
a)
menyetujui kembalinya pemerintah RI ke Yogyakarta
b)
menjamin penghentian gerakan militer dan pembebasan semua
tahanan politik,
c)
tidak akan mendirikan atau mengakui negara-negara yang ada
di daerah yang dikuasai oleh RI sebelum 19 Desember 1948
d)
menyetujui adanya Republik Indonesia sebagai bagian dari RIS
e)
berusaha agar KMB segera diadakan sesudah RI kembali ke
Yogyakarta
Dari dua usulan tersebut akhirnya diperoleh kesepakatan yang
ditandatangani tanggal 7 Mei 1949. Kesepakatan antara lain:
a)
Pemerintah RI dan Belanda sepakat untuk menghentikan
tembak-menembak dan bekerja sama untuk menciptakan keamanan.
b)
Pemerintah Belanda akan segera mengembalikan pemerintah
Indonesia ke Yogyakarta
c)
kedua belah pihak sepakat untuk menyelenggarakan Konferensi
Meja Bundar (KMB) di Den Haag, Belanda.
7. Konferensi Meja Bundar (KMB)
Konferensi Meja Bundar (KMB) merupakan
tindak lanjut dari Perundingan Roem-Royen. Sebelum KMB dilaksanakan, RI
mengadakan pertemuan dengan BFO (Badan Permusyawaratan Federal). Pertemuan ini
dikenal dengan dengan Konferensi Inter-Indonesia (KII) Tujuannya untuk
menyamakan langkah dan sikap sesama bangsa Indonesia dalam menghadapi KMB.
Konferensi Inter-Indonesia diadakan pada tanggal 19 - 22
Juli 1949 di Yogyakarta dan tanggal 31 Juli sampai 2 Agustus 1949 di Jakarta.
Pembicaraan difokuskan pada pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS).
Keputusan yang cukup penting adalah akan dilakukan pengakuan kedaulatan tanpa
ikatan politik dan ekonomi. Pada bidang pertahanan diputuskan:
a)
Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS) adalah
Angkatan Perang Nasional,
b)
TNI menjadi inti APRIS, dan
c)
negara bagian tidak memiliki angkatan perang sendiri.
KMB merupakan langkah nyata dalam diplomasi untuk mencari
penyelesaian sengketa Indonesia – Belanda. Kegiatan KMB dilaksanakan di Den
Haag, Belanda tanggal 23 Agustus sampai 2 November 1949. Dalam KMB tersebut
dihadiri delegasi Indonesia, BFO, Belanda, dan perwakilan UNCI. Berikut ini
para delegasi yang hadir dalam KMB.
a)
Indonesia terdiri dari Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Roem,
Prof.Dr. Mr. Soepomo.
b)
BFO dipimpin Sultan Hamid II dari Pontianak.
c)
c. Belanda diwakili Mr. van Maarseveen.
d)
UNCI diwakili oleh Chritchley.
Setelah melalui pembahasan yang cukup panjang, akhirnya KMB
menghasilkan beberapa keputusan berikut.
a)
Belanda mengakui RIS sebagai negara yang merdeka dan
berdaulat.
b)
Pengakuan kedaulatan dilakukan selambat-lambatnya tanggal 30
Desember 1949.
c)
Masalah Irian Barat akan diadakan perundingan lagi dalam waktu
1 tahun setelah pengakuan kedaulatan RIS.
d)
Antara RIS dan Kerajaan Belanda akan diadakan hubungan Uni
Indonesia Belanda yang dikepalai Raja Belanda.
e)
Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik dari Indonesia
dengan catatan beberapa korvet akan diserahkan kepada RIS.
f)
Tentara Kerajaan Belanda selekas mungkin ditarik mundur,
sedang Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL) akan dibubarkan dengan catatan
bahwa para anggotanya yang diperlukan akan dimasukkan dalam kesatuan TNI.
Pada tanggal 27 Desember
1949 dilaksanakan penandatanganan pengakuan kedaulatan secara bersamaan di
Belanda dan di Indonesia. Di negeri Belanda, Ratu Juliana, Perdana Menteri Dr.
Willem Dress, Menteri Seberang Lautan Mr. A.M.J. A. Sassen, dan Drs. Moh.
Hatta, bersama menandatangani naskah pengakuan kedaulatan. Sedangkan di Jakarta
Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Wakil Tinggi Mahkota Belanda A.H.J. Lovink
menandatangani naskah pengakuan kedaulatan.
Berikut ini dampak dan pengaruh KMB bagi rakyat Indonesia.
a)
Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia.
b)
Konflik dengan Belanda dapat diakhiri dan pembangunan segera
dapat dimulai.
c)
Irian Barat belum bisa diserahkan kepada Republik Indonesia
Serikat.
d)
Bentuk negara serikat tidak sesuai dengan cita-cita
Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
2. Contoh perjuangan mempertahankan kemerdekaan secara fisik & diplomasi yang menguntungkan dan merugikan masing-masing 1 contoh
·
FISIK
o
Menguntungkan : Pertempuran
di Ambarawa
o
Merugikan
: Bandung Lautan Api
·
DIPLOMASI
o
Menguntungkan : Konferensi
Meja Bundar
o
Merugikan
: Perundingan Linggarjati
(tidak sepenuhnya merugikan
Indonesia)
3. Deskripsikan campur tangan forum internasional dalam perjuangan mempertahankan kemerdekaan
Indonesia
·
Australia
Australia bersedia menjadi anggota Komisi Tiga Negara.
Australia juga mendesak Belanda agar menghentikan operasi militernya di
Indonesia. Australia berperan dalam membentuk opini dunia internasional untuk
mendukung Indonesia dalam sidang Dewan Keamanan PBB.
·
India
India merupakan salah satu negara yang mengakui
kedaulatan Indonesia dalam forum internasional. India juga mempelopori
Konferensi Inter-Asia untuk mengumpulkan dukungan bagi Indonesia. Konferensi
Inter-Asia dilaksanakan pada tahun 1949.
·
Negara-negara Liga Arab
Negara Mesir, Lebanon, Suriah, dan Saudi Arabia
mengakui kedaulatan Indonesia. Pengakuan ini mempengaruhi pandangan
internasional terhadap Indonesia.
·
Negara-negara anggota
Dewan Keamanan PBB
Para tokoh politik Indonesia mengadakan pendekatan
dengan negara-negara anggota Dewan Keamanan PBB. Pendekatan yang dilakukan
Sutan Syahrir dan Haji Agus Salim dalam sidang Dewan Keamanan PBB pada bulan
Agustus 1947 berhasil mempengaruhi negaranegara anggota Dewan Keamanan PBB
untuk mendukung Indonesia.
Sumber:
http://world82.wordpress.com/2012/02/10/usaha-perjuangan-mempertahankan-kemerdekaan-indonesia/
http://www.crayonpedia.org/mw/BAB_3._USAHA_PERJUANGAN_MEMPERTAHANKAN_KEMERDEKAAN_INDONESIA
Nama
: Irene Agustini
Kelas
: 11 IPA 2 / 16