Praktikum Lab Kimia - PENETAPAN KADAR KLORIN PADA PEMUTIH (NaClO)

PENETAPAN KADAR KLORIN PADA PEMUTIH (NaClO)
DISUSUN OLEH :
ALIEF RIZKY RAMADHAN
CHRISTO ALDORINO
IRENE AGUSTINI
SHENNY KOSASIH

KELAS : 12 IPA 2

SMA TERPADU PAHOA
TANGERANG
2014
      I.        TUJUAN
Menentukan kadar klorin dalam pemutih (NaClO) dengan menggunakan titrasi iodometri.

    II.        LANDASAN TEORI
Terdapat dua cara melakukan analisis dengan menggunakan senyawa pereduksi iodium yaitu secara langsung dan tidak langsung. Cara langsung disebut iodimetri (digunakan larutan iodium untuk mengoksidasi reduktor-reduktor yang dapat dioksidasi secara kuantitatif pada titik ekivalennya).
Namun, metode iodimetri ini jarang dilakukan mengingat iodium sendiri merupakan oksidator yang lemah. Sedangkan cara tidak langsung disebut iodometri. Iodometri adalah titrasi (penetapan) kadar suatu zat berdasarkan reaksi redoks antara iod dan natrium tiosulfat Na2S2O3.
Dalam iodometri I- dioksidasi oleh suatu oksidator. Jika oksidatornya kuat tidak ada masalah, tetapi jika oksidatornya lemah maka oksidasinya berlangsung sangat lambat dan mungkin tidak sempurna. Cara menghindari agar oksidasinya berlangsung cepat dan sempurna :
Ø  Memperbesar [H+], jika oksidasinya kuat dengan menambah H+ atau menurunkan pH.
Ø  Memperbesar [I-], misalnya oksidasi dengan Fe3+.
Ø  Dengan mengeluarkan I2 yang berbentuk dari campuran reaksi : misalnya dikocok dengan kloroform, karbon tetra klorida atau bisulfida, maka I2 akan masuk dalam pelarut organik ini, sebab I2 lebih mudah larut dalam senyawa solven organic daripada dalam air.
Titik ekivalen ditunjukkan dengan indikator amilum yang memberi warna biru dengan iod.
Cairan pemutih pakaian mengandung bahan aktif NaClO (Mr=74,5)  yang umumnya mempunyai kadar 5,25% (sesuai label). Kadar NaClO dapat ditentukan melalui titrasi volumetric dengan Na2S2O3 sebagai larutan standar.
Ion hipoklorit dalam cairan pemutih dapat mengoksidasi iodide menjadi I2. Banyaknya I2 yang dihasilkan ditentukan dengan menitrasi larutan tersebut menggunakan standar Na2S2O3.


   III.        ALAT DAN BAHAN
v  ALAT
No
Nama Alat
Ukuran
Jumlah
1
Buret
50 mL
1 buah
2
Pipet Volumetrik
10 mL
1 buah
3
Labu Erlenmeyer
250 mL
3 buah
4
Labu Ukur
100 mL
1 buah
5
Gelas Ukur
100 mL
1 buah
6
Corong
kecil
1 buah
7
Statif
-
1 buah
           
v  BAHAN
No
Nama Bahan
Ukuran
Jumlah
1
Pemutih (NaClO)
-
10 mL
2
Larutan Na2S2O3
0,1 M
50 mL
3
LarutanH2SO4
4M
5 mL
4
Larutan KI
1M
10 mL
5
Amilum
-
2 tetes
6
Akuades
-
100 mL


  IV.        CARA KERJA
  1. Memasang buret pada statif dan mencuci dengan larutan pencuci. Kemudian membilasnya dengan akuades.
  2. Memasukkan larutan standar Na2S2O3 0,1M ke dalam buret sampai penuh.
  3. Dengan menggunakan pipet volumetric, memasukkan 10 mL cairan pemutih ke dalam labu ukur 100 mL, lalu mengencerkan dengan akuades sampai tanda batas, kemudian mengocoknya.
  4. Mengambil 10 mL larutan encer tersebut dengan pipet volumetric dan memasukkan larutan tersebut ke dalam tabung erlenmeyer. Menambahkan 5 mL larutan H2SO4 4M dan 10 mL larutan KI 1M.
  5. Menitrasikan larutan tersebut dengan Na2S2O3 hingga warna larutan berubah menjadi kuning muda.
  6. Menambahkan 2 tetes amilum ke dalam campuran tersebut.
  7. Menitrasikan campuran tadi sampai bintik-bintik biru menghilang.
  8. Mencatat volume larutan Na2S2O3 yang diperlukan dalam proses tersebut.
  9. Mengulangi langkah di atas hingga mendapatkan 3 data.

    V.        DATA PENGAMATAN
Data
Warna awal
Warna akhir
Jumlah Zat
Volum Pentiter
1
Merah kecoklatan
Putih keruh
25 mL
10,5 mL
2
Merah kecoklatan
Putih keruh
25 mL
10,5 mL
3
Merah kecoklatan
Putih keruh
25 mL
12 mL



  VI.        PEMBAHASAN
Iodometri adalah titrasi (penetapan) kadar suatu zat berdasarkan reaksi redoks antara iod dan natrium tiosulfat Na2S2O3.
I2 + 2Na2S2O3→ 2NaI + Na2S4O6
Potensi reduksi bormalnya dapat ditunjukkan dengan sistem reaksi reversibel sebagai berikut :
I2 (p) + 2 e- ↔ 2 I-
Dan besarnya = 0,535 volt. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa larutan jenuh iodium padat dan reaksi setengah sel, akan terjadi ion iodida dengan zat pengoksidasi seperti KMnO4 jika konsentrasi ion I- relatif lebih rendah. Pada sebagian besar titrasi iodometri, apabila dalam larutan terdapat kelebihan ion iodida (I-), maka terjadi ion tri-iodida dengan persamaan reaksi :
I2(aq) + I- ↔ I3-
Hal ini disebabkan karena iodium larut secara cepat dalam larutan iodida. Iodida adalah reduktor lemah dan dengan mudah akan teroksidasi jika direaksikan dengan oksidator kuat. Iodida tidak dipakai sebagai titran, hal ini disebabkan karena faktor kecepatan reaksi dan kurangnya jenis indikator yang dapat dipakai untuk iodide. Dengan demikian, reaksi setengah sel tersebut diatas lebih baik dituliskan :
I3- + 2e- ↔ 3I-
Reaksi ini dapat dianggap sebagai reaksi reduksi I2 tapi dalam larutan I-. Jadi pada titrasi iodometri, secara teoritis, ion-ion yang dapat ditentukan kadarnya adalah ion tereduksi yang mempunyai potensial elektroda lebih kecil dari 0,535 volt, misalnya ion Fe(CN)64-, Cu2+, Sn2+, Ti3+.
Untuk iodometri, dasar penentuan kadar ionnya adalah I2 yang terbentuk jika ion iodida I- teroksidasi menjadi I2. Titrasi yang dilakukan pada iodometri, ion- ion yang dapat ditentukan kadarnya adalah ion-ion yang mempunyai potensial elektroda lebih tinggi dari 0,535 volt. Senyawa iodide umumnya KI ditambahkan secara berlebih pada larutan oksidator sehingga terbentuk I2.
Kadar NaClO dan banyaknya I2 dapat ditentukan dengan menitrasi I2 dengan larutan standar yaitu natrium tiosulfat (Na2S2O3). Menjelang akhir titrasi larutan akan berubah warna menjadi kuning muda, hal ini dikarenakan terbentuknya I2 dalam jumlah yang sangat banyak. Kemudian larutan tersebut ditambahkan dengan beberapa tetes amilum, larutan akan segera berubah warna menjadi warna kebiruan, hal ini menunjukkan bahwa larutan mencapai titik ekivalen.
Amilum digunakan sebagai indikator dalam proses titrasi natrium thiosulfat karena natrium thiosulfat memiliki pereaksi yang lebih kuat dibandingkan dengan amilum sehingga amilum dapat didesak keluar dari proses reaksi tersebut. Titik akhir titrasi ditandai dengan hilangnya warna biru dari amilum. Amilum tidak ditambahkan pada awal titrasi tetapi pada menjelang akhir titrasi karena I2 akan banyak terabsorbsi oleh amilum dan juga untuk menghindari terjadinya hidrolisis amilum.
Hal yang harus diperhatikan saat melakukan praktikum ini adalah titrasi  harus dilakukan dengan cepat untuk meminimalisasi terjadinya oksidasi iodide oleh udara bebas. Pengocokan pada saat titrasi iodometri juga harus dilakukan untuk menghindari penumpukan tiosulfat yang dapat menyebabkan terjadinya dekomposisi tiosulfat untuk menghasilkan belerang.
Reaksi redoks yang terjadi dalam proses titrasi tersebut adalah :
NaClO + 2KI + H2SO4→ NaCl + K2SO4 + I2+ H2O
I2 + 2Na2S2O3 → 2NaI + Na2S2O6


 VII.        PERTANYAAN
  1.  Jelaskan kegunaan amilum pada percobaan ini!
    • Membuat warna berubah kembali seperti semula setelah dilakukannya titrasi dengan natrium tiosulfat.
  2. Jelaskan mengapa amilum ditambahkan!
    • Digunakannya indikator amilum dalam proses titrasi natrium thiosulfat karena natrium thiosulfat lebih kuat pereaksinya dibandingkan dengan amilum sehingga amilum dapat didesak keluar dari proses reaksi tersebut.
  3. Tuliskan persamaan reaksi redoks yang terjadi dalam proses  titrasi tersebut
    • NaClO + 2KI + H2SO4→ NaCl + K2SO4 + I2+ H2O
    • I2 + 2Na2S2O3 → 2NaI + Na2S2O6
  4. Hitunglah kadar NaClO dalam produk bayclin tersebut!

Volume rata-rata Na2S2O3

=

 

=

11 mL

n Na2S2O3

=

0,1 M x 11 mL

 

=

1,1 mmol

NaClO

+

2KI

+

H2SO4

à

NaCl

+

K2SO4

+

I2

+

H2O

0,55 mmol

 

 

 

 

 

 

 

 

 

0,55 mmol

 

 

 

 

I2

+

2 Na2S2O3

à

2 NaI

+

Na2S2O6

 

 

 

 

 

 

0,55 mmol

 

1,1 mmol

 

 

 

 

 

 

 

 

Massa NaClO

=

0,55 mmol x Mr NaClO

 

=

0,55 mmol x 74,5

 

=

40,975 mg

 

=

0,04 gram

Kadar NaClO

=

Massa NaClO x 100%

 

=

0,04 gram x 100%

 

=

4%


VIII.        KESIMPULAN
  • Ada dua cara analisis menggunakan senyawa iodium yaitu titrasi iodimetri dan iodometri. Iodometri adalah titrasi (penetapan) kadar suatu zat berdasarkan reaksi redoks antara iod dan natrium tiosulfat Na2S2O3.
  • Banyaknya I2 yang dihasilkan ditentukan dengan menitrasi larutan tersebut menggunakan larutan standar yaitu, Na2S2O3.
  • Amilum digunakan sebagai indikator dalam proses titrasi natrium thiosulfat karena natrium thiosulfat memiliki pereaksi yang lebih kuat dibandingkan dengan amilum sehingga amilum tersebut dapat didesak keluar dari proses reaksi tersebut. Amilum akan berwarna biru dalam larutan I2. Titik akhir titrasi ditandai dengan hilangnya warna biru dari amilum.
  • Berdasarkan data yang diperoleh, dapat diketahui bahwa volume pentiter rata-rata adalah 11 mL dan kadar NaClO adalah sebesar 4%.


  IX.        DAFTAR PUSTAKA


Popular posts from this blog

PENGAMATAN SEL TUMBUHAN & PLASMOLISIS

Sinopsis, Unsur Intrinsik, dan Unsur Ekstrinsik Novel Spring in London dan Hikayat Si Miskin

Perjuangan Kemerdekaan Indonesia secara Fisik dan Diplomasi