Double Ninth Festival
Chung Yeung merupakan bahasa inggris dari 重陽 Chóng yáng, biasa disebut juga sebagai Double Ninth Festival. Kalau di Indonesia disebut sebagai Tiong Yang dari bahasa dialek Hokkian.
Tapi kok, kita jarang bahkan hampir tidak pernah dengar tentang tradisi ini? Aku sendiri baru tahu festival ini ketika aku sekolah di Taiwan.
Bulan 9 Tanggal 9 九月九日, ga ada di kalender tanggal 9 September
Berbeda dengan penanggalan yang digunakan secara internasional. Double Ninth Festival ini jatuh setiap bulan 9 tanggal 9 kalendar Lunar. Di hari itu, orang tionghoa akan mengunjungi makam para leluhur untuk menghormati mereka. Pada hari yang sama juga dirayakan Hari Warga Lansia, dimana juga memiliki tujuan agar kita berbakti kepada leluhur dan orang tua kita.
Jadi setiap tahun, Festival ini akan jatuh pada tanggal yang berbeda di kalender kita yang merupakan kalender Gregorian.
Mendaki Gunung Simbol Panjang Umur
Kegiatan yang dilakukan pada Festival Sembilan Ganda ini adalah bersama-sama dengan sanak saudara dan teman, menanjak gunung. Hal ini menjadi sebuah simbol bahwa di dalam kehidupan, mereka mendaki menuju posisi yang lebih tinggi. Selain itu, juga berarti bahwa dapat hidup lebih panjang.
Pada waktu ini, bunga Chyrsanthemum sedang mekar, sehingga saat mencapai puncak gunung untuk beristirahat, umumnya bersama keluarga meminum teh atau wine Chrysanthemum sambil menikmati pemandangan bunga Chrysanthemum yang sedang mekar-mekarnya.
Double Ninth Festival dirayakan oleh Siapa Saja?
Di bagian dunia tertentu yang tradisi TiongHoa masih kental seperti China, Taiwan, dan Hong Kong. Menurut Hong Kong Foodie Tours, festival ini juga ditemukan dilaksanakan di Jepang, Korea, dan Vietnam.
Bukan Cengbeng / Ching Ming 清明節
Tradisi Cengbeng dilaksanakan pada bulan 3 di kalender Lunar.
Asal Mula Double Ninth Festival
Pada masa dinasti Han Timur (25 – 220 M), di Runan (wilayah di provinsi Henan, China), muncul iblis dari sungai yang membawa penyakit dan kematian penduduk desa. Salah satu penduduk desa adalah seorang pemuda bernama Heng Jing, yang kehilangan orang tuanya karena penyakit yang dibawa oleh iblis tersebut. Dia bersumpah untuk membunuh iblis itu. Lalu, ia pergi untuk mencari bantuan seorang bijak bernama Fei Chang-fang yang tinggal di pegunungan.
Fei Chang-fang memberi Heng pedang ajaib yang memiliki kekuatan untuk menaklukan iblis tersebut dan mengajari Heng Jing cara menggunakan senjata itu. Heng Jing berlatih siang dan malam, dan akhirnya menjadi hebat dalam berpedang.
Suatu hari, Fei memberi tahu Heng bahwa iblis itu akan kembali pada hari kesembilan bulan kesembilan, dan menyarankan Heng untuk kembali ke rumah dan membawa penduduk desanya ke tempat yang aman. Fei mempersenjatai Heng dengan sekantong daun dogwood dan anggur krisan. Kedua bahan yang diberikan Fei ini memiliki kekuatan pelindung.
Ketika hari itu tiba, Heng memimpin seluruh penduduk desanya mendaki gunung terdekat. Untuk melindungi mereka dari iblis tersebut, dia memberikan semua orang daun dogwood dan anggur krisan untuk diminum.
Saat iblis itu muncul dari sungai, Heng dengan cepat membunuhnya dengan pedang ajaib. Sejak saat itu, hari kesembilan bulan kesembilan menjadi hari untuk memperingati peristiwa ini. Kisah ini juga menjadi alasan mengapa anggur krisan dan dogwood masih menjadi bagian dari perayaan Festival Sembilan Ganda hingga hari ini.
Sumber:
https://student-activity.binus.ac.id/bnmc/2020/05/04/festival-chong-yang/