Kenapa kita ga pernah belajar jualan di sekolah?
Murid ga boleh berjualan karena...
Sekolahan memang tidak secara langsung melarang muridnya untuk berjualan. Tapi ada saja ceritanya.
Teman kelasku ada yang berjualan aksesori lucu, dia buat sendiri, banyak teman-teman tertarik untuk membeli gelang buatannya. Namun, tiba-tiba muncul peraturan tidak boleh menggunakan aksesori berlebihan. Razia barang yang tidak berguna untuk pelajaran di kelas pun mulai sering untuk dilakukan. Sejak saat itu, tidak ada lagi yang menggunakan gelang tersebut di sekolah kami.
Saya pernah dengar ada sekolah yang muridnya berjualan, snack makanan ringan. Padahal dia berjualan hanya di jam istirahat. Tidak disangka ada siswa nakal yang makan snack tersebut di dalam kelas. Dicari asal-usulnya oleh para guru, karena mungkin para guru tahu snack ini tidak dijual di kantin sekolah. Ketahuanlah si murid yang berjualan ini, lalu dia dipanggil kepsek. Anehnya dia diminta berjanji untuk berhenti berjualan, fokus pada pelajaran, serta tidak mengganggu murid lain. Namun yang saya salut dengan cerita ini adalah dia tidak berhenti berjualan. Dia memperbolehkan temannya untuk membeli dengan catatan mengambil snack tersebut setelah jam pulang sekolah.
Ada cerita lain juga mengenai sekolah melarang muridnya membawa uang jajan karena seperti sekolah dasar di Jepang, sekolah yang telah menyediakan katering dan makanan ringan. Jika alasannya untuk menjaga nutrisi murid, maka saya setuju dengan kebijakan ini.
Ya, jadi ga ada kelas Berjualan selama pendidikan SD, SMP, SMA
Pengalaman saya selama bersekolah, murid-murid selalu menjadi konsumer, kami semua mengeluarkan uang untuk makan dan jajan. Tidak pernah sekalipun terpikirkan bahwa saya harus menghasilkan uang. Menurut saya, seorang anak dapat terbentuk jiwa berjualannya jika dia melihat di sekolah, di keluarga, atau di tempat les, ada anak kurang lebih seumuran, yang berjualan juga. Serta ada dorongan dari mentor seperti guru atau orang tua. Apabila ketiga lingkungan tersebut sama sekali tidak menyinggung prinsip "berjualan", seperti saya contohnya. tidak akan pernah terlintas semasa saya menempuh pendidikan untuk berjualan sesuatu.
Apakah sudah terlambat?
Saya merasa terlambat. Saya pernah merasa down. Penyebabnya, diumur saya yang kesekian, saya melihat teman lain yang berhasil dalam berjualan. Muncul banyak pikiran yang intinya kenapa tidak saya mulai lebih awal? Saya mulai banyak menyalahkan sistem pendidikan kita.
Kehidupan di era internet sebenarnya sangatlah menguntungkan anak muda. Kita tinggal search Google lalu mendapatkan saran dan jawaban dari para pendahulu. Tidak jarang juga webinar yang diadakan oleh perusahaan-perusahaan untuk mendalami bisnis akibat ketidakstabilan ekonomi di masa pandemi. Platform media sosial seperti Youtube, Instagram, Tiktok, Facebook dan lainnya memudahkan kita untuk melihat motivasi banyak pengusaha.
Cara pikir kita harus diubah. Tidak ada kata terlambat untuk membuat suatu bisnis. Kita telah mengetahui banyak contoh orang yang baru dikenal setelah dia jatuh bangun seperti Bill Gates, Steve Jobs, Mark Zuckerberg, dll yang kita ketahui mereka semua memulai kantornya di rumah mereka sendiri! Memang ada yang usianya lebih muda saat menjadi pengusaha sukses, ada yang lebih tua. Namun TUJUAN-lah yang terpenting. Ke arah mana bisnis ingin kamu kembangkan. Komitmen jangka panjang untuk terus persisten yaitu konsisten dan positif, bahwa kamu bisa menuju ke tujuan kamu, ke impian kamu.
Setidaknya kita berani untuk mencoba, berani untuk gagal. Karena kegagalan itu merupakan peningkatan di dalam kehidupan berbisnis kita.
Silakan cek artikel di bawah untuk mengetahui: