Laporan Praktikum Standar Mutu TELUR
Catatan untuk pengguna handphone: Tabel dapat digeser
BAB IPENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Telur merupakan makanan yang berasal
dari protein hewani yang tergolong murah dan mudah untuk didapatkan. Kandungan
gizi telur sangat lengkap mulai dari protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Namun telur mudah mengalami penurunan kualitas yang disebabkan oleh berbagai
hal seperti kerusakan secara fisik, kontaminasi mikroorganisme, serta penguapan
air dan gas-gas seperti karbondioksida, nitrogen, amonia, dan hidrogen sulfida
dari dalam telur.
Telur yang semakin lama disimpan akan
menyebabkan penguapan dan membuat bobot telur menyusut disertai dengan putih
telur yang menjadi lebih encer. Selain dipengaruhi oleh waktu penyimpanan,
penguapan telur juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti suhu, kelembaban
relatif, dan kualitas kerabang telur.
Mutu telur dapat ditentukan melalui
pengamatan kerabang telur, kantung udara, putih telur, kuning telur, bau, dan haugh unit. Yang selanjutnya ditentukan
mutunya sesuai dengan SNI 3926:2008 persyaratan tingkatan mutu fisik telur.
Oleh sebab itu quality assurance memastikan agar sebuah telur tetap aman
dikonsumsi sampai ke tangan konsumennya dengan mengurangi faktor – faktor
penyebab penurunan mutu telur. Dan faktor tersebut dapat dikurangi dengan cara
pemisahan mutu atau grade dari telur
berdasarkan jenis dan kelasnya.
1.2
Tujuan
Percobaan
Percobaan ini dilakukan untuk
menentukan mutu telur ayam kampung curah, telur ayam kampung kemasan, telur
ayam negeri curah, dan telur
ayam negeri kemasan, melalui pengamatan keadaan fisik telur, dengan menggunakan
alat candling, dan keadaan isi telur dengan memecahkan telur. Sehingga telur dapat dikategorikan sesuai dengan kelas
mutu SNI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Telur
Telur merupakan
salah satu produk pangan yang memiliki banyak manfaat dan juga nilai gizi yang
tinggi. Oleh sebab itu mutu dan kualitas dari telur adalah salah satu bagian
yang paling penting di dalam produk telur itu sendiri. Mutu telur juga berpengaruh
pada produk olahan yang akan dihasilkan nantinya. Maka dari itu semakin tinggi
mutu telur yang digunakan, maka semakin tinggi pula kualitas produk olahan yang
dapat dihasilkan. Faktor – faktor kerusakan pada telur pun dapat berasal dari
pemanenan atau pengeraman yang kurang tepat, kondisi ayam yang kurang baik atau
sehat dan juga pada masa penyimpanan dan pendistribusian telur.
2.2
Struktur Telur
Struktur
fisik telur terdiri dari tiga bagian utama, yaitu kerabang telur (eggshell), putih telur (albumen), dan
kuning telur (yolk). Menurut Romanoff
dan Romanoff (1963), kuning telur berbatasan dengan putih telur dan dibungkus
oleh suatu lapisan tipis yang disebut membran vitelin. Kuning telur memiliki
struktur yang kompleks yang terdiri dari latebra, bintik punat, lapisan-lapisan
konsentris terang (light yolk layer) dan gelap (dark yolk layer). Menurut
Buckle et al., (1985), posisi kuning
telur yang baik adalah di tengah-tengah telur. Posisi kuning telur akan
bergeser apabila telur mengalami penurunan kualitas. Keadaan ini dapat terlihat
dengan cara peneropongan. Sedangkan, bagian-bagian dari putih telur adalah
Albumen terdiri atas lapisan encer luar (outer thin white), lapisan encer dalam
(firm/ thick white), lapisan kental (inner thin white), dan lapisan kental
dalam (inner thick white) (Buckle et al.,
2007). Kerabang telur bersifat keras, halus, dilapisi kapur dan terikat kuat
pada bagian luar dari lapisan membran kerabang telur. Kerabang telur terdiri
dari empat lapisan, yaitu lapisan kutikula, bunga karang (spongiosa),
mamilaris, dan membran kerabang telur (Stadelman dan Cotterill, 1977). Struktur telur secara umum dapat dilihat
pada Gambar 1.1.
Sumber: Smith,
1997
2.3 Jenis Telur
Pada
telur ayam pun, ada dua jenis telur ayam yang terdapat di pasaran. Yaitu telur
yang berasal dari ayam ras dan telur yang berasal dari ayam lokal (kampung). Rata-rata telur ayam kampung
mempunyai ukuran yang terbilang kecil. Cangkang telur ayam lokal cukup halus
dan berwarna putih krem. Jika cangkang tersebut dipecah, maka akan tampak
bagian kuning telur yang berwarna jingga kemerahan. Telur ayam kampung dikenal
sebagai sumber nutrisi hewani yang bagus karena banyak mengandung protein dan
vitamin A. Disamping itu harga telur ayam kampong relatif lebih tinggi
dibandinkan telur ayam ras.
Sedangkan telur ayam negeri atau
ayam ras mempunyai cangkang yang berwarna coklat tua sampai coklat muda dengan
ukuran yang lebih besar dibandingkan telur ayam kampung. Warna bagian kuning
pada telur ini juga tampak kuning cerah dan memiliki tekstur cangkang kulit
yang terasa agak kasar. Bau telur ayam ras pun tidak begitu amis karena
kandungan proteinnya tidak terlalu tinggi.
2.4 Mutu Telur Ayam
Akan
tetapi kedua jenis telur memiliki klasifikasi dan standar yang sama menurut
Standar Nasional Indonesia. Beberapa klasifikasi dari telur ayam konsumsi
antara lain adalah; kondisi kerabang yang meliputi bentuk kerabang, kehalusan,
ketebalan, keutuhan dan juga kebersihan kerabang. Lalu berikutnya adalah
kondisi kantung udara yang meliputi kedalaman kantung dan kebebasan bergerak
kantung udara. Selanjutnya adalah kondisi putih telur yang meliputi kekentalan
dan juga kebersihan. Lalu terdapat kondisi kuning telur yang meliputi bentuk,
posisi, penampakan batas dan juga kebersihan. Setelah itu ada bau yang meliputi
khas bau telur. Lalu ada benda asing seperti material lain yang bukan komponen
telur.
Selanjutnya ada warna kerabang telur
yang harus sesuai dengan galurnya dan juga klasifikasi bobot telur. Tidak hanya
kondisi fisik saja, tetapi juga ada persyaratan mutu biologis yang juga diatur
di dalam Standar Nasional Indonesia. Dan pengaturan pengemasan, pelabelan juga
penyimpanan pun juga terdapat di dalam standarnya.
Untuk mendapatkan produk yang
berkualitas, maka mutu dari suatu bahan pangan perlu diperhatikan dan harus
sesuai standar persyaratan yang berlaku. Pada telur ayam konsumsi, dapat
diklasifikasikan menjadi tiga jenis mutu menurut SNI 01-3920-1995, yaitu mutu
I, II, dan III. Keabsahan mutu tersebut dapat dipertanggung jawabkan melalui
syarat mutu yang terbagi menjadi syarat fisik dan mikrobiologis. Untuk syarat
fisik mutu telur ayam konsumsi dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1 Spesifikasi persyaratan tingkat
mutu fisik telur ayam konsumsi
No |
Faktor Mutu |
Tingkat Mutu |
||
Mutu I |
Mutu II |
Mutu III |
||
1. |
Kondisi Kerabang |
|
||
|
a. Bentuk |
Normal |
Normal |
Abnormal |
b. Kehalusan |
Halus |
Halus |
Sedikit kasar |
|
c. Ketebalan |
Tebal |
Sedang |
Tipis |
|
d. Keutuhan |
Utuh |
utuh |
utuh |
|
e. Kebersihan |
Bersih |
sedikit
noda kotor (stain) |
banyak
noda dan sedikit kotor |
|
2. |
Kondisi Kantung
Udara (Dilihat dengan
peneropongan) |
|
||
|
a. Kedalaman kantung udara |
< 0,5
cm |
0,5 cm –
0,9 cm |
> 0,9
cm |
b. Kebebasan bergerak |
tetap
ditempat |
bebas
bergerak |
bebas
bergerak dan dapat terbentuk gelembung udara |
|
3. |
Kondisi Putih
Telur |
|
||
|
a. Kebersihan |
bebas
bercak darah, atau benda asing lainnya |
bebas
bercak darah, atau benda asing lainnya |
ada
sedikit bercak darah, tidak ada benda asing lainnya |
b. Kekentalan |
Kental |
Sedikit encer |
Encer, kuning telur belum tercampur dengan putih
telur |
|
c. Indeks |
0,134
– 0,175 |
0,092
– 0,133 |
0,050
– 0,091 |
|
4. |
Kondisi Kuning
Telur |
|
||
|
a. Bentuk |
Bulat |
agak
pipih |
pipih |
b. Posisi |
di
tengah |
sedikit
bergeser dari tengah |
agak
kepinggir |
|
c. Penampakan batas |
Jelas |
agak
jelas |
tidak
jelas |
|
d. Kebersihan |
Bersih |
agak
jelas bersih |
ada
sedikit bercak darah |
|
e. Indeks |
0,458
– 0,521 |
0,394
– 0,457 |
0,330
– 0,393 |
|
5. |
Bau |
Khas |
Khas |
Khas |
Sumber: Standar Nasional Indonesia (2008)
Kriteria
– kriteria atau standar yang ada tersebut dapat diketahui dengan metodologi
seperti candling atau metode yang
menggunakan sinar lampu kuat untuk melihat bagian dalam telur seperti keretakan
kerabang, kantung hawa, kuning telur dan kebersihan dari telur itu sendiri.
Kondisi fisik luar telur yang dapat dilihat dengan metode candling salah satunya adalah ukuran kantung hawa pada telur.
Semakin tua umur telur, kantung hawa akan semakin bertambah besar yang artinya
mutu telur tersebut sudah tidak baik lagi.
Tidak
hanya dengan metode candling yang hanya mampu mengidentifikasi bagian luarnya
saja, metode lain yang digunakan untuk penentuan mutu telur adalah dengan
metode pemechan telur. Metode ini dapat langsung kondisi di dalam telur baik
albumin atau kuning telurnya. Metoda pemechan ini akan menguji kualitas telur
dengan melihat keadaan kuning dan putih telurnya. Yang pertama adalah
perhitungan indeks kuning telur yang dapat diketahui dengan mengukur tinggi
kuning telur dan juga diameter kuning telur. Semakin tua umur telur, ukuran
kuning telur juga akan bertamah besar dan menyebabkan penurunan indeks kuning
telur tersebut. Berikutnya adalah pengukuran indeks albumin yang dapat
diketahui dengan mengukur tinggi albumin tebak dan juga diameter rata-rata dari
albumin tebal. Semakin tua umur telur, ukuran diameter albumin telur juga akan
bertamah lebar dan menyebabkan penurunan indeks albumin telur tersebut.
Bentuk telur yang ideal adalah bulat telur, tetapi sering sekali terjadi
kelainan pada bentuk telur yang disebabkan karena adanya kelainan pada proses
pembentukan kulit telur yang berlangsung di bagian isthmus dan uterus (Sirait,
1986).
Kualitas putih telur dapat diukur secara objektif dengan menghitung nilai haugh unit (HU). HU merupakan parameter mutu kesegaran berdasarkan bobot telur dan tinggi putih telur (Syamsir, 1994). Semakin tinggi nilai Haugh Unit maka semakin segar telur tersebut. Berdasarkan United States Department of Agriculture (USDA), grading telur dibagi menjadi grade AA dengan nilai HU lebih besar dari 72, grade A dengan nilai HU 60-71, dan grade B dengan nilai HU di bawah 60. Nilai HU dapat dihitung dengan menggunakan rumus HU=100 log (H + 7.57-1.7 W^0.37) dimana H = tinggi albumin (mm) dan W = berat telur utuh (g).
2.5 Faktor yang Berpengaruh
Terhadap Kualitas Telur
Penurunan kualitas
telur dapat dipengaruhi oleh berbagai hal seperti waktu penyimpanan, suhu dan kelembaban ruang
penyimpanan, kotoran pada kulit telur, dan teknik penanganan telur termasuk
peralatan-peralatan yang digunakan.
Kerusakan telur dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan fisik, kimia, dan biologi menurut Idayanti, 2010:
- Faktor lingkungan fisik
Kerusakan terhadap telur dapat dibedakan menjadi tiga macam berdasarkan penyebab kerusakan telur, yaitu telur bernoda darah, kerusakan warna kuning telur, dan kulit telur lunak.
- Faktor lingkungan kimia
Kerusakan akibat adanya perubahan kimia. Hal ini akan menyebabkan terjadinya perubahan suhu, pori-pori telur menjadi besar, penurunan berat telur, dan kehilangan CO2. Selain kehilangan karbondioksida gas-gas seperti air, nitrogen, amonia, dan hidrogen sulfida juga dapat hilang dari dalam telur.
- Faktor lingkungan biologi
Lingkungan biologis telur yang mengalami kerusakan sehingga menjadi rusak dan berbau busuk biasanya disebabkan oleh bakteri karena lubang pengeluaran telur sama dengan lubang pengeluaran feces induk ayam sehingga permukaan cangkang tidak steril.
2.6 Penyimpanan Telur
Telur
ayam merupakan telur unggas yang daya simpannya paling pendek daripada telur
unggas lainnya. Penanganan dan penyimpanan telur yang benar dapat memperpanjang
daya simpan telur dan kondisi telur agar tetap segar. Menurut Sudaryani (1996),
penyimpanan telur memegang peranan penting dalam menjaga kualitas telur. Dalam
penyimpanan telur, hal-hal yang harus diperhatikan adalah lama dan suhu
penyimpanan, serta bau yang terdapat di sekitar tempat penyimpanan. Semakin
lama waktu penyimpanan, akan menyebabkan terjadinya penguapan cairan di dalam
telur dan menyebabkan kantung udara semakin besar.
Suhu
optimum penyimpanan telur antara 12-15 0C dan kelembaban 70-80%. Di
bawah atau di atas suhu tersebut akan berpengaruh kurang baik terhadap kualitas
telur. Penyimpanan telur dalam skala besar sebaiknya dilakukan di ruang yang berpendingin (ber-AC). Jika tidak terdapat pendingin, dalam
ruang penyimpanan dapat diletakkan ember berisi air yang berfungsi untuk
menjaga kelembapan ruang. Dengan cara ini, penguapan cairan di dalam telur
dapat dikurangi. Penyimpanan telur dalam skala kecil atau di rumah tangga dapat
dilakukan di lemari es. Untuk mengurangi kerusakan telur, memperlambat
hilangnya kelembaban telur, dan mencegah terabsorpsinya bau tajam dari makanan
lain maka penyimpanan telur di lemari es sebaiknya dimasukkan dalam wadah
karton (Mudjajanto,
2008).
2.7 Penanganan Telur
Selain memperhatikan penyimpanan telur
yang terbaik, penanganan telur juga memiliki tujuan yang sama yaitu
memperlambat penurunan mutu dan kerusakan telur. Penanganan telur dapat
dilakukan dengan berbagai cara dibersihkan untuk menghilangkan kotoran pada
permukaan kerabang telur namun tidak boleh terlalu kencang karena adanya pori
kerabang telur. kemudian penyimpanan pada suhu dingin untuk mencegah
memperlambat mikroba yang membutuhkan suhu optimumnya. Terakhir pelapisan kulit
telur untuk menghambat kesetimbangan antara lingkungan luar dengan isi telur.
BAB III
METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan di dalam
percobaan ini adalah alat candling, timbangan
meja, jangka sorong, spatula, penggaris dan cawan petri ukuran besar.
Sedangkan bahan yang digunakan dalam
percobaan ini adalah sampel telur ayam kampung curah, telur ayam kampung
kemasan, telur ayam negeri curah, dan telur ayam negeri kemasan.
3.2 Prosedur Kerja
3.2.1 Keadaan
Fisik
1. Pengamatan mutu dilakukan sesuai dengan SNI Kebersihan
telur diamati, apakah terdapat kotoran atau bercak darah.
2. Kenormalan
warna telur (putih, agak kecoklatan, coklat) dan bentuk telur (bulat, lonjong)
diamati dengan panjang dan diamater
telur diukur.
Bentuk telur ideal = diameter : panjang = 2
: 3
>2/3 merupakan telur berbentuk bulat
<2/3 merupakan telur berbentuk lonjong
3. Secara
obyektif diperiksa dengan alat candling, dilakukan
pengamatan terhadap keutuhan kulit telur (retak atau tidak), kantung udara
(bergeser atau tidak, bergelembung atau tidak, volume atau kedalaman kantung
udara)
3.2.2 Keadaan Isi
Telur
1. Telur
ditimbang
2. Telur
dipecahkan dan seluruh isinya diletakkan dengan hati-hati diatas cawan petri.
3. Pengamatan
dilakukan secara subyektif terhadap kondisi isi telur :
- Kuning telur (bentuk, posisi, jelas atau tidaknya bayangan batas dengan albumin, bersih atau tidak)
- Albumin (jernih atau tidak, kental atau encer)
4. Pengamatan
dilakukan secara obyektif terhadap isi telur yaitu ditentukan dengan nilai HU (haugh unit) dengan cara sebagai berikut
:
Mula-mula diukur tinggi albumin dengan
alat pengukur, kemudian dihitung nilai HU dengan rumus yang telah ditentukan.
Dibandingkan dengan nilai HU telur bermutu baik.
HU = 100 log (H + 7.57 – 1.7 W0.37)
Keterangan :
H = tinggi albumin (mm)
W = berat telur utuh (g)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada pengamatan
kali ini, sampel telur ayam yang digunakan baik kampung maupun negeri diamati
berdasarkan pengujian fisik sesuai dengan persyaratan tingkat mutu SNI
3926:2008. Telur ayam baik kampung maupun negeri, dianalisa berdasarkan
perbedaan antara yang curah dengan kemas.
4.1 Mutu Telur Ayam Kampung
Untuk telur ayam kampung curah dianalisa oleh kelompok
dua, sedangkan yang kemas dianalisa oleh kelompok empat sesuai dengan pembagian
yang telah disepakati. Dalam pengamatan kali ini, sampel telur ayam kampung
dianalisa secara pengujian fisik dengan persyaratan mutu sesuai SNI 3926:2008.
Berdasarkan persyaratan mutu fisik telur tersebut, ada lima hal utama yang
dijadikan sebagai faktor mutu, yaitu kondisi kerabang, kondisi kantung udara,
kondisi putih telur, kondisi kuning telur, dan bau. Sampel telur ayam kampung
baik curah maupun kemas kemudian akan diklasifikasikan sesuai
parameter-parameter dari tiap faktor mutu seperti yang tercantum dalam tabel
4.1.
Tabel 4.1 Hasil pengamatan tingkat mutu telur ayam kampung
curah dan kemas
No. |
Faktor Mutu |
Tingkat Mutu Telur Ayam Kampung |
|
Curah |
Kemas |
||
1. |
Kondisi Kerabang |
||
|
Bentuk |
Mutu I |
Mutu I |
Kehalusan |
Mutu I |
Mutu I |
|
Ketebalan |
Mutu I |
Mutu III |
|
Keutuhan |
Mutu I |
Mutu I |
|
Kebersihan |
Mutu II |
Mutu II |
|
2. |
Kondisi Kantung
Udara |
||
|
Kedalaman kantung udara |
Mutu II |
Mutu II |
Kebebasan bergerak |
Mutu I |
Mutu I |
|
3. |
Kondisi Putih
Telur |
||
|
Kebersihan |
Mutu I |
Mutu I |
Kekentalan |
Mutu I |
Mutu II |
|
Indeks |
Mutu III |
Mutu II |
|
4. |
Kondisi Kuning
Telur |
||
|
Bentuk |
Mutu I |
Mutu II |
Posisi |
Mutu II |
Mutu II |
|
Penampakan batas |
Mutu III |
Mutu III |
|
Kebersihan |
Mutu I |
Mutu I |
|
Indeks |
Out of Range |
Out of Range |
|
5. |
Bau |
Mutu I |
Mutu I |
4.1.1 Telur Ayam Kampung Curah
Sampel telur ayam kampung curah yang digunakan untuk
pengamatan kali ini dianalisa oleh kelompok dua dengan berat utuh 48.8102 g yang
tergolong kedalam bobot telur kecil (< 50 g). Telur ayam kampung curah
biasanya belum mengalami suatu proses pensortiran secara menyeluruh, melainkan
hanya pada tingkat kebersihan dan keutuhan. Oleh karena itu pada pengamatan
kali ini sampel telur dianalisa berdasarkan mutu SNI secara fisik (fisiologis).
4.1.1.1
Kondisi Kerabang Telur Ayam Kampung Curah
Menurut SNI 3926:2008, kondisi kerabang paling baik
terklasifikasi kedalam mutu I, dimana telur memiliki kerabang dengan bentuk
normal, halus, tebal, utuh, dan bersih. Dalam pengamatan kali ini, sampel telur
ayam kampung curah yang dianalisa memiliki kondisi kerabang dengan mutu yang
hampir sama di setiap parameternya, seperti yang diterangkan dalam tabel 4.2.
Tabel
4.2.
Kondisi kerabang telur ayam kampung curah
No. |
Faktor Mutu |
Tingkat Mutu Telur Ayam Kampung
Curah |
|
Data |
Mutu SNI |
||
1. |
Kondisi Kerabang |
||
|
|
Normal
|
I |
|
Halus
|
I |
|
|
Tebal
|
I |
|
|
Utuh
|
I |
|
|
Sedikit
noda kotor |
II |
Pada bentuk
kerabang, telur ayam kampung curah ini memiliki bentuk yang normal dan sesuai
SNI 3926:2008, maka terklasifikasi kedalam mutu I. Selain itu, sampel telur
yang diamati berdiameter 4.04 cm dan tinggi 5.41 cm sehingga memiliki bentuk
yang bulat. Kulit kerabangnya juga memiliki kehalusan yang baik atau dengan
kata lain kondisi kerabangnya halus dan terklasifikasi kedalam mutu I. Selain
halus, telur ayam kampung curah ini juga memiliki kulit yang tebal dan utuh
sehingga terklasifikasi kedalam mutu I. Akan tetapi ada sedikit noda kotor yang
tertinggal pada kerabang telur ayam kampung curah yang dianalisa, sehingga
untuk parameter kebersihannya terklasifikasi kedalam mutu II.
Parameter
kebersihan ini tentu dapat mempengaruhi kualitas telur ayam kampung selama
penyimpanan, meskipun kerabangnya memiliki ketebalan yang baik. Kotoran yang
ada tersebut dapat mengandung banyak mikroba yang mampu mengkontaminasi kedalam
telur bahkan terhadap bahan pangan lain yang ada disekitarnya pada saat
penyimpanan. Hal ini dikarenakan kerabang telur merupakan lapisan terluar yang
melindungi telur dari penurunan kualitas, baik disebabkan oleh kontaminasi
mikroba, kerusakan fisik, ataupun penguapan (Jazil et al., 2013).
Keberadaan
kotoran pada kerabang telur ayam kampung curah ini tidak menjadi masalah selagi
kondisi kerabang masih memiliki ketebalan dan keutuhan yang baik. Dalam
pengamatan kali ini, kondisi kerabang sudah terklasifikasi kedalam mutu I di
hampir semua parameternya. Dengan demikian untuk kondisi kerabang telur secara
keseluruhan terklasifikasi kedalam mutu I, meskipun ada sedikit kotoran.
4.1.1.2
Kondisi Kantung Udara Telur Ayam Kampung Curah
Selain kerabang, ada pula kondisi kantung udara yang
harus diperhatikan, terutama dalam penentu keberhasilan proses penetasan telur.
Menurut SNI 3926:2008, ada dua parameter untuk kantung udara, yaitu kedalaman
dan kebebasan bergerak dari isi telur. Kedua hal ini perlu diperhatikan karena
ruang udara pada telur sangat diperlukan untuk perkembangan embrio. Jika ada
pergeseran, maka daya tetas telur dapat menurun (Nazirah, 2014).
Pada pengamatan
kali ini, kondisi kantung udara dilihat dengan peneropongan. Sampel telur ayam
kampung curah yang dianalisa memiliki kedalaman kantung udara sebesar 0.52 cm.
Besarnya kedalaman kantung udara tersebut membuat sampel telur terklasifikasi
kedalam mutu II dengan persyaratan mutu 0.5-0.9 cm. Sedangkan untuk kebebasan
bergerak, sampel telur masih tetap di tempat sehingga tergolong kedalam mutu I
seperti yang tertera dalam tabel 4.3.
Tabel
4.3. Kondisi
kantung udara telur ayam kampung curah
No. |
Faktor Mutu |
Tingkat Mutu Telur Ayam Kampung Curah |
|
Data
|
Mutu
SNI |
||
1. |
Kondisi Kantung Udara |
||
|
|
0.52 cm |
II |
|
Tetap di tempat |
I |
Jika
dilihat secara keseluruhan, tingkat mutu kantung udara sampel telur ayam
kampung curah terklasifikasi kedalam mutu I meski kedalaman kantung udara sudah
tergolong mutu II. Hal tersebut dikarenakan besarnya kedalaman kantung udara
hanya 0.52 dimana hampir mendekati 0.5, dimana persyaratan mutu I harus <
0.5 cm. Pembesaran kantung udara ini dapat terjadi pada saat penyimpanan dengan
kondisi yang kurang baik. Bahkan penyimpanan yang kurang baik tersebut juga
dapat menurunkan bobot telur (Nazirah, 2014).
4.1.1.3
Kondisi Putih Telur Telur Ayam Kampung Curah
Kondisi putih telur dapat menentukan tingkat kesegaran
pada telur, dimana semakin kental putih telur maka semakin segar telur tersebut
(Jusriadi, 2014). Menurut SNI 3926:2008, ada tiga parameter yang perlu
diperhatikan pada kondisi putih telur, yaitu kebersihan, kekentalan, dan indeks
albumin. Pada sampel telur ayam kampung curah yang dianalisa didapat data
seperti yang tertera dalam tabel 4.4.
Tabel
4.4. Kondisi
albumin telur ayam kampung curah
No. |
Faktor Mutu |
Tingkat Mutu Telur Ayam Kampung Curah |
|
Data |
Mutu SNI |
||
1. |
Kondisi Putih Telur |
||
|
|
Bebas bercak darah atau benda
asing lainnya |
I |
|
Kental |
I |
|
|
0.05 |
III |
Untuk kebersihan putih telur sampel sudah tergolong
kedalam mutu I, karena terbebas dari bercak darah dan benda asing lainnya.
Selain itu, sampel telur yang dianalisa masih segar, terlihat dari tingkat
kekentalannya yang tinggi sehingga terklasifikasi kedalam mutu I. Kemudian
untuk menghitung indeks albumin, perlu diukur tinggi dan diameter dari putih
telur yang dianalisa. Pada sampel telur yang dianalisa, tinggi putih telur yang
terukur sebesar 0.52 cm dan berdiameter 9.57 cm. Sehingga indeks albumin yang didapat
sebesar 0.05 dan tergolong kedalam mutu III dengan range mutu 0.05-0.091.
Dengan demikian, secara keseluruhan kondisi putih telur
tergolong kedalam mutu I, meskipun indeks albumin masih tergolong mutu III.
Menurut Triyuwanta (2002) dalam skripsi Jusriadi (2014), kualitas putih telur
sebagian besar tergantung pada jumlah ovomucin yang disekresi oleh magnum. Ovomucin merupakan bahan utama yang
menentukan tinggi putih telur dan pembentukan ovomucin tergantung pada konsumsi protein.
4.1.1.4
Kondisi Kuning Telur Telur Ayam Kampung Curah
Menurut SNI 3926:2008, kondisi kuning telur yang baik
memiliki bentuk yang bulat, berada ditengah, memiliki penampakan batas yang
tidak jelas, bersih, dan memiliki indeks 0.458-0.521, yang tergolong kedalam
mutu I. Namun pada pengamatan kali ini, sampel telur ayam kampung curah
memiliki tingkat mutu yang beragam pada tiap parameter kuning telur. Data
tersebut dapat dilihat pada tabel 4.5.
Tabel
4.5. Kondisi
yolk telur ayam kampung curah
No. |
Faktor Mutu |
Tingkat Mutu Telur Ayam Kampung Curah |
|
Data
|
Mutu
SNI |
||
1. |
Kondisi Kuning Telur |
||
|
|
Bulat |
I |
|
Sedikit bergeser |
II |
|
|
Jelas |
III |
|
|
Bersih |
I |
|
|
0.29 |
Out of Range |
Sampel telur ayam kampung curah yang dianalisa memiliki
bentuk yang bulat sesuai dengan mutu I dalam SNI. Namun posisinya agak sedikit
bergeser dari tengah yang mana hal tersebut tergolong kedalam mutu II. Selain
itu, penampakan batas dari sampel telur terlihat jelas sehingga tergolong
kedalam mutu III. Sedangkan untuk kebersihannya, sampel telur sudah memiliki
kuning telur yang bersih sesuai mutu I. Berdasarkan pengukuran tinggi kuning
telur yang sebesar 1.33 cm dan diameter 4.58 cm, maka didapat indeks kuning
telur sebesar 0.29.
Nilai indeks
tersebut tidak sesuai range
persyaratan mutu SNI 3926:2008, dimana range
indeks kuning telur dimulai dari 0.393 hingga 0.458. Hal tersebut dapat terjadi
akibat adanya pengaruh dari protein, lemak, dan asam amino esensial yang
terkandung dalam ransum, konsumsi protein dapat mempengaruhi tinggi kuning
telur, dimana indeks kuning telur dapat dipengaruhi oleh tinggi kuning telur
(Jusriadi, 2014). Dengan demikian secara keseluruhan tingkat mutu kuning telur
ayam kampung curah ini terklasifikasikan kedalam mutu II. Hal ini dikarenakan
mutu II mempunyai persyaratan mutu SNI kuning telur berbentuk agak pipih,
sedikit bergeser dari tengah, memiliki penampakan batas agak jelas, bersih, dan
memiliki indeks 0.394-0.457.
4.1.1.5
Bau Telur Ayam Kampung Curah
Untuk parameter terakhir yang
mempengaruhi kualitas dari suatu telur menurut SNI 3926:2008 adalah faktor mutu
bau. Berdasarkan SNI, mutu telur ayam yang baik memiliki bau yang khas. Bau
khas tersebut terklasifikasikan kedalam mutu I, II, dan III. Untuk sampel telur
ayam kampung curah yang dianalisa ini memiliki bau yang khas sesuai dengan
persyaratan mutu SNI 3926:2008, sehingga digolongkan kedalam mutu I seperti
yang tertera dalam tabel 4.6.
Tabel
4.6.
Kondisi bau telur ayam kampung curah
No. |
Faktor Mutu |
Tingkat Mutu Telur Ayam Kampung Curah |
|
Data
|
Mutu
SNI |
||
1. |
Bau |
Khas |
I |
Telur yang rusak akan berbau menyimpang akibat adanya
pelepasan gas, seperti CO2, NH3, N2, dan
kadang-kadang H2S sebagai hasil degradasi bahan-bahan organik isi
telur selama penyimpanan (Jusriadi, 2014).
4.1.1.6
Haugh Unit Telur Ayam Kampung Curah
Berdasarkan pengamatan kali ini, sampel telur ayam kampung
curah memiliki nilai HU sebesar 74.86, dimana masih lebih rendah dibanding
sampel telur ayam kampung yang dikemas. Semakin tingginya nilai haugh unit maka semakin tinggi ovomucin dan fenomena ini menandakan
semakin baiknya kualitas interior dari suatu telur. Oleh karena itu, dapat
dikatakan bahwa kualitas interior telur ayam kampung curah tidak sebagus dengan
yang sudah dikemas. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan nilai HU semakin
turun adalah penyimpanan yang lama (Roesdiyanto, 2002).
4.1.2 Telur Ayam Kampung Kemas
Sampel telur ayam kampung kemas pada pengamatan kali
ini dianalisa oleh kelompok empat. Berbeda dengan curah, telur ayam kampung
kemas memiliki proses pensortiran lebih baik dan dipasarkan dalam kondisi
terkemas rapih. Walaupun demikian, belum tentu kualitas mutu telur ayam kampung
kemas ini memiliki persyaratan mutu sesuai dengan SNI. Maka dari itu, pada
pengamatan kali ini sampel telur ayam kampung kemas dianalisa berdasarkan mutu
fisik (fisiologis) sesuai SNI.
4.1.2.1
Kondisi Kerabang Telur Ayam Kampung Kemas
Seperti sampel
telur ayam kampung curah, menurut SNI 3926:2008 kondisi kerabang paling baik
terklasifikasi kedalam mutu I. Sampel telur ayam kampung kemas yang dianalisa
memiliki kondisi kerabang dengan mutu yang hampir beragam di setiap
parameternya, seperti yang tercantum dalam tabel 4.7.
Tabel
4.7.
Kondisi kerabang telur ayam kampung kemas
No. |
Faktor Mutu |
Tingkat Mutu Telur Ayam Kampung Kemas |
|
Data |
Mutu
SNI |
||
1. |
Kondisi
Kerabang |
||
|
|
Normal |
I |
|
Halus |
I |
|
|
Tipis |
III |
|
|
Utuh |
I |
|
|
Sedikit noda kotor |
II |
Pada bentuk
kerabang, telur ayam kampung kemas ini memiliki bentuk yang normal dan halus
sesuai SNI 3926:2008, maka terklasifikasi kedalam mutu I. Namun, kulit telur
sampel yang dianalisa memiliki ketebalan yang tipis sehingga terklasifikasi
kedalam mutu III. Meskipun tipis, kondisi kerabang sampel telur yang dianalisa
masih utuh dan terklasifikasi kedalam muti I. Selain itu, sampel telur yang
diamati berdiameter 3.74 cm dan tinggi 4.94 cm sehingga memiliki bentuk yang
bulat. Akan tetapi ada sedikit noda kotor yang tertinggal pada kerabang telur
ayam kampung kemas yang dianalisa, sehingga untuk parameter kebersihannya
terklasifikasi kedalam mutu II.
Hampir sama dengan
sampel telur ayam curah, parameter kebersihan ini tentu dapat mempengaruhi
kualitas telur ayam kampung kemas selama penyimpanan. Meskipun kerabangnya
memiliki kondisi yang utuh, namun sampel telur ayam kemas yang dianalisa ini
memiliki ketebalan tipis. Salah satu yang mempengaruhi kualitas kerabang telur
adalah umur ayam, semakin meningkat umur ayam kualitas kerabang semakin
menurun, kerabang telur semakin tipis, warna kerabang semakin memudar, dan
berat telur semakin besar (Jazil et al.,
2013).
Kondisi
kerabang yang tipis ini sangat beresiko dengan adanya sedikit kotoran yang
tertinggal pada sampel telur ayam kampung kemas. Dalam pengamatan kali ini,
kondisi kerabang secara keseluruhan terklasifikasi kedalam mutu III, meskipun
kondisi bentuknya normal dan halus. Karena persyaratan mutu III dalam SNI
terdiri dari bentuk kerabang abnormal, sedikit kasar, tipis, utuh, dan banyak
noda atau sedikit kotor.
4.1.2.2
Kondisi Kantung Udara Telur Ayam Kampung Kemas
Menurut SNI
3926:2008, ada dua parameter untuk kantung udara, yaitu kedalaman dan kebebasan
bergerak dari isi telur. Kondisi kantung udara harus diperhatikan, terutama
dalam penentu keberhasilan proses penetasan telur. Hal ini perlu dikarenakan
ruang udara pada telur sangat dibutuhkan untuk perkembangan embrio. Jika ada
pergeseran, maka daya tetas telur dapat menurun (Nazirah, 2014).
Pada pengamatan
kali ini, kondisi kantung udara dilihat dengan peneropongan. Sampel telur ayam
kampung kemas yang dianalisa memiliki kedalaman kantung udara sebesar 0.82 cm.
Besarnya kedalaman kantung udara tersebut membuat sampel telur terklasifikasi
kedalam mutu II dengan persyaratan mutu 0.5-0.9 cm. Sedangkan untuk kebebasan
bergerak, sampel telur masih tetap di tempat sehingga tergolong kedalam mutu I.
Tingkat mutu yang didapat sama seperti telur ayam kampung curah, dan dapat
dilihat pada tabel 4.8.
Tabel
4.8. Kondisi
kantung udara telur ayam kampung kemas
No. |
Faktor Mutu |
Tingkat Mutu Telur Ayam Kampung Kemas |
|
Data
|
Mutu
SNI |
||
1. |
Kondisi Kantung Udara |
||
|
|
0.82 cm |
II |
|
Tetap ditempat |
I |
Secara
keseluruhan, tingkat mutu kantung udara sampel telur ayam kampung kemas dapat
diklasifikasikan kedalam mutu I meski kedalaman kantung udara sudah tergolong
mutu II. Pembesaran kantung udara ini dapat terjadi pada saat penyimpanan
dengan kondisi yang kurang baik (Nazirah, 2014).
4.1.2.3
Kondisi Putih Telur Telur Ayam Kampung Kemas
Menurut SNI
3926:2008, ada tiga parameter yang perlu diperhatikan pada kondisi putih telur,
yaitu kebersihan, kekentalan, dan indeks albumin. Kondisi putih telur dapat
menentukan tingkat kesegaran pada telur, dimana semakin kental putih telur maka
semakin segar telur tersebut (Jusriadi, 2014). Pada sampel telur ayam kampung
kemas yang dianalisa didapat data seperti yang tertera dalam tabel 4.9. berikut.
Tabel
4.9.
Kondisi albumin telur ayam kampung kemas
No. |
Faktor Mutu |
Tingkat Mutu Telur Ayam Kampung Kemas |
|
Data
|
Mutu
SNI |
||
1. |
Kondisi Putih Telur |
||
|
|
Bebas bercak darah atau benda
asing lainnya |
I |
|
Sedikit encer |
II |
|
|
0.11 |
II |
Kebersihan putih
telur sampel yang dianalisa sudah tergolong kedalam mutu I, karena terbebas
dari bercak darah dan benda asing lainnya. Namun, sampel telur ayam kampung
kemas yang dianalisa masih kurang segar, tidak seperti telur ayam kampung
curah. Hal ini terlihat dari tingkat kekentalannya yang sedikit encer, dimana
terklasifikasi kedalam mutu II. Kemudian untuk menghitung indeks albumin, perlu
diukur tinggi dan diameter dari putih telur yang dianalisa. Pada sampel telur
yang dianalisa, tinggi putih telur yang terukur sebesar 1.12 cm dan berdiameter
9.96 cm. Sehingga indeks albumin yang didapat sebesar 0.11 dan tergolong
kedalam mutu II dengan range mutu
0.092-0.133.
Dengan demikian, secara keseluruhan kondisi putih telur
ayam kampung kemas tergolong kedalam mutu II. Karena sesuai SNI 3926:2008,
persyaratan mutu II memiliki putih telur yang bebas bercak darah atau benda
asing lainnya, sedikit encer, dan memiliki nilai indeks 0.092-0.133. Menurut
Triyuwanta (2002) dalam skripsi Jusriadi (2014), kualitas putih telur sebagian
besar tergantung pada jumlah ovomucin yang disekresi oleh magnum. Ovomucin adalah glikoprotein dimana
merupakan protein yang mengandung karbohidrat dengan bentuk serabut.
Serabut-serabut ovomucin berbentuk jala yang dapat mengikat bagian cair dari
putih telur sehingga ovomucin dapat menentukan kekentalan putih telur.
4.1.2.4
Kondisi Kuning Telur Telur Ayam Kampung Kemas
Menurut SNI
3926:2008, kondisi kuning telur yang baik memiliki bentuk yang bulat, berada
ditengah, memiliki penampakan batas yang tidak jelas, bersih, dan memiliki
indeks 0.458-0.521, yang tergolong kedalam mutu I. Namun pada pengamatan kali
ini, sampel telur ayam kampung kemas memiliki tingkat mutu yang beragam pada
tiap parameter kuning telur. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.10.
Tabel
4.10.
Kondisi yolk telur ayam kampung kemas
No. |
Faktor Mutu |
Tingkat Mutu Telur Ayam Kampung Kemas |
|
Data
|
Mutu
SNI |
||
1. |
Kondisi Kuning Telur |
||
|
|
Agak pipih |
Mutu II |
|
Sedikit bergeser |
Mutu II |
|
|
Jelas |
Mutu III |
|
|
bersih |
Mutu I |
|
|
0.28 |
Out of Range |
Pada pengamatan
kali ini, sampel telur ayam kampung kemas yang dianalisa memiliki bentuk agak
pipih sesuai dengan mutu II dalam SNI. Namun posisinya agak sedikit bergeser
dari tengah yang mana hal tersebut tergolong kedalam mutu II. Selain itu,
penampakan batas dari sampel telur terlihat jelas sehingga tergolong kedalam
mutu III. Sedangkan untuk kebersihannya, sampel telur sudah memiliki kuning
telur yang bersih sesuai mutu I. Berdasarkan pengukuran tinggi kuning telur
yang sebesar 1.25 cm dan diameter 4.41 cm, maka didapat indeks kuning telur
sebesar 0.28.
Nilai indeks
tersebut tidak sesuai range
persyaratan mutu SNI 3926:2008, dimana range
indeks kuning telur dimulai dari 0.393 hingga 0.458. Hal tersebut dapat terjadi
akibat adanya pengaruh dari protein, lemak, dan asam amino esensial yang
terkandung dalam ransum, konsumsi protein dapat mempengaruhi tinggi kuning
telur, dimana indeks kuning telur dapat dipengaruhi oleh tinggi kuning telur
(Jusriadi, 2014). Dengan demikian secara keseluruhan tingkat mutu kuning telur
ayam kampung kemas ini terklasifikasikan kedalam mutu II sama seperti sampel
telur ayam kampung curah. Karena parameter kebersihan sangat mendominasi
kualitas telur, dimana parameter bersih untuk kuning telur tidak hanya
tergolong dalam mutu I tetapi juga mutu II.
4.1.2.5
Bau Telur Ayam Kampung Kemas
Berdasarkan SNI, mutu telur ayam yang
baik memiliki bau yang khas. Bau khas tersebut terklasifikasikan kedalam mutu
I, II, dan III. Untuk sampel telur ayam kampung kemas yang dianalisa pada pengamatan
ini memiliki bau yang khas sesuai dengan persyaratan mutu SNI 3926:2008,
sehingga digolongkan kedalam mutu I seperti yang tertera dalam tabel 4.11.
Tabel
4.11. Kondisi bau telur ayam kampung kemas
No. |
Faktor Mutu |
Tingkat Mutu Telur Ayam Kampung Kemas |
|
Data
|
Mutu
SNI |
||
1. |
Bau |
Khas |
I |
Apabila telur
berbau menyimpang, maka telur tersebut sudah rusak akibat adanya pelepasan gas,
seperti CO2, NH3, N2, dan kadang-kadang H2S
sebagai hasil degradasi bahan-bahan organik isi telur selama penyimpanan
(Jusriadi, 2014).
4.1.2.6
Haugh Unit Telur Ayam Kampung Kemas
Berbeda dengan sampel
telur ayam kampung curah, sampel telur ayam kampung yang dikemas memiliki nilai
HU yang jauh lebih tinggi, yakni sebesar 108.71. Tingginya nilai haugh unit ini mencerminkan semakin
baiknya kualitas interior dari telur. Hal ini disebabkan oleh semakin tingginya
ovomucin yang merupakan glikoprotein,
dimana juga sangat berperan dalam pengikatan air untuk membentuk struktur gel
albumen. Albumen akan semakin kental jika jala-jala ovomucin banyak dan kuat sehingga viskositas albumen tinggi seperti
yang diperlihatkan oleh indikator haugh
unit (Roesdiyanto, 2002).
4.2 Mutu Telur Ayam
Negeri
Dalam pengamatan kali ini, sampel telur
ayam negeri dianalisis secara fisik yang dibandingkan dengan persyaratan mutu
sesuai SNI 01-3926-2008. Berdasarkan persyaratan mutu fisik telur tersebut,
terdapat lima hal utama yang dijadikan sebagai faktor mutu, yaitu kondisi
kerabang, kondisi kantung udara, kondisi putih telur, kondisi kuning telur, dan
bau telur.
Sampel
telur ayam negeri curah dan kemas kemudian akan
diklasifikasikan sesuai parameter-parameter dari tiap faktor mutu seperti yang
tercantum dalam Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Hasil pengamatan tingkat mutu
telur ayam negeri curah dan kemas
No. |
Faktor Mutu |
Tingkat
Mutu Telur Ayam Negeri |
|
Curah |
Kemas |
||
1. |
Kondisi Kerabang |
||
|
Bentuk |
Mutu I |
Mutu I |
Kehalusan |
Mutu I |
Mutu III |
|
Ketebalan |
Mutu II |
Mutu I |
|
Keutuhan |
Mutu I |
Mutu I |
|
Kebersihan |
Mutu II |
Mutu II |
|
2. |
Kondisi Kantung
Udara |
||
|
Kedalaman
kantung udara |
Mutu I |
Mutu I |
Kebebasan
bergerak |
Mutu I |
Mutu I |
|
3. |
Kondisi Putih
Telur |
||
|
Kebersihan |
Mutu II |
Mutu II |
Kekentalan |
Mutu I |
Mutu III |
|
Indeks |
Mutu III |
Mutu III |
|
4. |
Kondisi Kuning
Telur |
||
|
Bentuk |
Mutu II |
Mutu II |
Posisi |
Mutu II |
Mutu II |
|
Penampakan
batas |
Mutu II |
Mutu II |
|
Kebersihan |
Mutu III |
Mutu I |
|
Indeks |
Out of
Range |
Mutu III |
|
5. |
Bau |
Mutu I |
Mutu I |
4.2.1 Telur Ayam
Negeri Curah
Berat telur ayam negeri curah sebesar
60.1392 g yang dapat digolongkan ke dalam telur besar karena memiliki bobot
lebih besar dari 60 g. Berat telur ayam berkorelasi positif terhadap indeks
telur, indeks putih telur, ketebalan kerabang dan persentase putih telur, namun
berkolerasi negatif terhadap persentase kuning telur (Laxmi et al., 2002).
Semakin besar telur ayam, maka indeks telur, indeks putih telur dan persentase
putih telur semakin meningkat, akan tetapi persentase kuning telur semakin
menurun. Indeks telur merupakan perbandingan antara lebar dan panjang telur
(Yuwanta, 2010).
4.2.1.1 Kondisi
Kerabang Telur Ayam Negeri Curah
Pengamatan parameter kerabang telur
dilakukan dengan menganalisis secara fisik kerabang telur. Tabel 4.13.
merupakan hasil pengamatan faktor mutu kondisi kerabang telur ayam negeri
curah.
Tabel 4.13. Kondisi kerabang telur ayam
negeri curah
No. |
Faktor Mutu |
Tingkat
Mutu Telur Ayam Negeri Curah |
|
Data |
Mutu SNI |
||
1. |
Kondisi Kerabang |
||
|
|
Normal |
I |
|
Halus |
I |
|
|
Sedang |
II |
|
|
Utuh |
I |
|
|
Sedikit noda kotor |
II |
Berdasarkan hasil pengamatan uji parameter
dari SNI 01-3926-2008 terhadap kerabang telur ayam negeri curah. Kerabang
memiliki bentuk telur yang normal, kehalusan yang baik, dan telur ayam utuh
sehingga dikelompokkan sebagai mutu I. Ketebalan kerabang adalah sedang dan
terdapat sedikit noda kotor yang terlihat pada permukaan kerabang sehingga
dikelompokkan sebagai mutu II. Secara keseluruhan kerabang telur ayam negeri
curah diklasifikasikan ke dalam mutu I.
Kerabang berwarna coklat dengan diameter
4.41 cm dan tinggi 5.48 cm, perbandingan antara diameter dan tinggi telur lebih
kecil dari 2:3 sehingga memiliki bentuk bulat. Menurut Romanoff
dan Romanoff (1963) menyatakan bahwa indeks bentuk telur ayam yang ideal adalah
0.74, namun dalam sumber tidak disebutkan berapa rasio antara panjang dan
tinggi telur. Melihat indeks 0.74 tersebut, memungkinkan bahwa perbandingan
diameter dan tinggi telur memiliki rasio kurang lebih 3:4. Dan Menurut Sirait
(1986) dalam Saputri (2011), variasi bentuk telur dipengaruhi oleh individu
induk, spesies, umur dan hereditas.
Kerabang merupakan lapisan terluar telur
yang berpori-pori sehingga dapat menjadi sarana keluar masuknya udara yang
dapat menurunkan kualitas telur selama penyimpanan. Kebersihan kerabang juga
dapat mempengaruhi kualitas telur, adanya sedikit noda pada telur menunjukkan
bahwa adanya mikroorganisme, yang nantinya juga dapat mengontaminasi telur ayam
bila kerabang dipecahkan. Menurut Saputri (2011), ketebalan kerabang dapat
ditentukan dari pakan induknya, yaitu semakin tinggi kandungan kalsiumnya di
dalam pakan, maka semakin tebal kerabang yang terbentuk pada sel telur. Selain
itu usia induk juga dapat mempengaruhi ketebalan kerabang dikarenakan penurunan
fungsi absorbsi kalsium pada ayam petelur berusia tua.
4.2.1.2 Kondisi
Kantung Udara Telur Ayam Negeri Curah
Candling atau peneropongan dilakukan untuk
menganalisis parameter kedalaman kantung udara dan kebebasan bergeraknya. Tabel
4.14. merupakan hasil pengamatan faktor mutu kondisi kantung udara telur ayam
negeri curah.
Tabel 4.14. Kondisi kantung udara telur
ayam negeri curah
No. |
Faktor Mutu |
Tingkat
Mutu Telur Ayam Negeri Curah |
|
Data |
Mutu SNI |
||
1. |
Kondisi Kantung
Udara |
||
|
|
0.20 cm |
I |
|
Tetap ditempat |
I |
Berdasarkan hasil pengamatan, kantung
udara telur ayam negeri curah memiliki kedalaman sebesar 0.20 cm sehingga
diklasifikasikan ke dalam mutu I dengan persyaratan mutu kedalaman < 0.50
cm. Untuk parameter kebebasan bergerak, telur ayam negeri curah dapat diklasifikasikan
ke dalam mutu I yaitu tetap di tempat. Kedua parameter yang diuji pada telur
ayam negeri curah bermutu baik sehingga mutu kantung udara telur ayam negeri
curah secara keseluruhan diklasifikasikan ke dalam mutu I.
4.3.1.3 Kondisi
Putih Telur Ayam Negeri Curah
Telur dipecahkan di
atas cawan petri untuk menganalisis parameter telur ayam konsumsi sesuai SNI
yaitu kebersihan, kekentalan, dan indeks putih telur. Kondisi
putih telur dapat menentukan tingkat kesegaran pada telur, dimana semakin kental
putih telur maka semakin segar telur tersebut (Jusriadi, 2014). Tabel 4.15. merupakan hasil pengamatan faktor mutu kondisi kuning telur
ayam negeri curah.
Tabel 4.15.Kondisi putih telur ayam negeri
curah
No. |
Faktor Mutu |
Tingkat
Mutu Telur Ayam Negeri Curah |
|
Data |
Mutu SNI |
||
1. |
Kondisi Putih
Telur |
||
|
|
Ada sedikit bercak darah, tidak ada benda asing
lainnya |
II |
|
Kental |
I |
|
|
0.07 |
III |
Berdasarkan hasil pengamatan, kebersihan
putih telur ayam negeri curah termasuk pada mutu II karena terdapat sedikit
bercak darah. Untuk kekentalannya tergolong ke dalam mutu I. Kemudian indeks
putih telur merupakan perbandingan antara tinggi dan diameter putih telur.
Tinggi putih telur sebesar 0.70 cm dan diameternya sebesar 9.50 cm, kemudian
dibandingkan menghasilkan indeks albumin yaitu 0.07. Indeks putih telur ayam
negeri curah dapat diklasifikasikan ke dalam mutu III dengan persyaratan
mutunya berkisar antara adalah 0.050-0.091.
Indeks putih telur dapat menunjukkan
kesegaran dan kekentalan dari telur yaitu, semakin tua umur telur maka diameter
putih telur akan semakin lebar sehingga indeks putih telur akan semakin kecil.
Indeks putih telur ayam negeri curah sebesar 0.07 merupakan indeks yang kecil
namun masih di dalam kisaran ideal putih telur segar yaitu berkisar antara
0,050-0,174 (BSN, 2008). Mutu kantung udara telur ayam negeri curah secara
keseluruhan dapat diklasifikasikan ke dalam mutu II. Selama masa penyimpanan,
telur akan mengalami pertukaran gas antara lingkungan luar kerabang dengan isi
telur yang diakibatkan suhu, kelembaban, dan porositas kerabang telur (Yuwanta,
2010).
4.2.1.4 Kondisi
Kuning Telur Ayam Negeri Curah
Telur dipecahkan di atas cawan petri untuk
menganalisis parameter telur ayam konsumsi sesuai SNI yaitu kebersihan,
kekentalan, dan indeks kuning telur. Tabel 4.16. merupakan hasil pengamatan
faktor mutu kondisi kuning telur ayam negeri curah.
Tabel 4.16. Kondisi kuning telur ayam
negeri curah
No. |
Faktor Mutu |
Tingkat
Mutu Telur Ayam Negeri Curah |
|
Data |
Mutu SNI |
||
4. |
Kondisi Kuning
Telur |
||
|
|
Agak pipih |
II |
|
Sedikit bergeser |
II |
|
|
Agak jelas |
II |
|
|
Ada sedikit bercak darah |
III |
|
|
0.25 |
Out of
Range |
Bentuk kuning telur ayam negeri curah agak
pipih, posisi kuning telur sedikit bergeser, serta penampakan batasnya tidak
terlalu jelas, sehingga dapat digolongkan dalam mutu II. Kebersihan putih telur
ayam negeri curah digolongkan ke dalam mutu III karena terdapat bercak darah.
Kemudian indeks kuning telur merupakan perbandingan antara tinggi dan diameter
kuning telur dimana tinggi kuning telur sebesar 1.10 cm dan diameternya sebesar
4.32 cm. Kedua nilai dibandingkan menghasilkan indeks kuning telur yaitu 0.25.
Indeks ini berada di bawah nilai dari SNI yang menyatakan bahwa indeks kuning
telur segar berkisar antara 0,33-0,52. Secara keseluruhan, mutu kuning telur
ayam negeri curah berdasarkan hasil pengamatan adalah mutu II.
Indeks kuning telur tidak termasuk dalam
kisaran mutu SNI karena lebih rendah dari yang seharusnya. Hal ini dapat
diakibatkan adanya perpindahan air sebanyak 10 mg/hari pada suhu 10oC
dari putih telur ke kuning telur yang tekanan osmotiknya lebih tinggi dari
putih telur. Semakin tua umur telur maka kuning telur semakin besar sehingga
indeks kuning telur semakin kecil (Romanoff dan Romanoff, 1963 dalam Saputri,
2011). Serta dapat disebabkan oleh melemahnya membran vitelin sehingga kuning
telur dapat bermigrasi (Brown, 2011).
4.2.1.5 Bau Telur
Ayam Negeri Curah
Berdasarkan SNI, mutu telur ayam yang
baik memiliki bau yang khas. Bau khas tersebut terklasifikasikan kedalam mutu
I, II, dan III. Untuk sampel telur ayam negeri
curah yang dianalisis pada pengamatan ini memiliki bau yang
khas sesuai dengan persyaratan mutu SNI 3926:2008, sehingga digolongkan kedalam
mutu I yang dapat dilihat pada Tabel
4.16.
Tabel 4.16. Kondisi bau telur ayam negeri
curah
No. |
Faktor Mutu |
Tingkat
Mutu Telur Ayam Negeri Curah |
|
Data |
Mutu SNI |
||
5. |
Bau |
Khas |
I |
Apabila telur berbau menyimpang, maka
telur tersebut sudah rusak akibat
perubahan struktur dan adanya pelepasan gas, seperti CO2,
NH3, N2, dan kadang-kadang H2S sebagai hasil
degradasi bahan-bahan organik isi telur selama penyimpanan (Jusriadi, 2014).
4.2.1.6 Haugh Unit Telur Ayam Negeri Curah
Haugh Unit telur ayam negeri curah adalah
83.44. Berdasarkan sumber, nilai ini menunjukkan telur memiliki grade AA yang
berarti telur masih segar dan masih bagus. Hal ini bertolak belakang dengan
indeks putih telur dan kuning telur yang menunjukkan bahwa telur yang diamati
berumur tua. Hal ini mungkin dapat disebabkan oleh metode percobaan yang
sebaiknya tidak menggunakan cawan petri sebagai alas untuk melihat diameter
telur.
4.2.2 Telur Ayam
Negeri Kemas
4.2.2.1 Kondisi
Kerabang Telur Ayam Negeri Kemas
Pengamatan parameter kerabang telur
dilakukan dengan menganalisis secara fisik kerabang telur. Tabel 4.17.
merupakan hasil pengamatan faktor mutu kondisi kerabang telur ayam negeri
kemas.
Tabel 4.17. Kondisi kerabang telur ayam
negeri kemas
No. |
Faktor Mutu |
Tingkat
Mutu Telur Ayam Negeri Kemas |
|
Data |
Mutu SNI |
||
1. |
Kondisi Kerabang |
||
|
|
Normal |
I |
|
Sedikit kasar |
III |
|
|
Tebal |
I |
|
|
Utuh |
I |
|
|
Sedikit noda kotor |
II |
Berdasarkan hasil pengamatan uji parameter
dari SNI 01-3926-2008 terhadap kerabang telur ayam negeri kemas. Kerabang
memiliki bentuk telur yang normal, ketebalan kerabang yang baik, dan telur ayam
utuh sehingga dikelompokkan sebagai mutu I. Kehalusan kerabang adalah sedikit
kasar sehingga dikelompokkan ke dalam mutu III. Dan terdapat sedikit noda kotor
yang terlihat pada permukaan kerabang sehingga dikelompokkan sebagai mutu II.
Secara keseluruhan kerabang telur ayam negeri kemas diklasifikasikan ke dalam mutu
I.
Kerabang berwarna coklat dengan diameter
4.21 cm dan tinggi 6.6 cm, perbandingan antara diameter dan tinggi telur lebih
besar dari 2:3 sehingga memiliki bentuk lonjong. Menurut Romanoff dan Romanoff (1963) menyatakan bahwa indeks bentuk telur
ayam yang ideal adalah 0.74, namun dalam sumber tidak disebutkan berapa rasio
antara panjang dan tinggi telur. Melihat indeks 0.74 tersebut, memungkinkan
bahwa perbandingan diameter dan tinggi telur memiliki rasio kurang lebih 3:4. Indeks
telur ayam negeri kemas adalah 0.64 sehingga bentuk telur masih belum dapat
dikatakan ideal. Dan Menurut Sirait (1986) dalam Saputri (2011), variasi bentuk
telur dipengaruhi oleh individu induk, spesies, umur dan hereditas.
4.2.2.2
Kondisi Kantung Udara Telur Ayam Negeri Kemas
Candling atau peneropongan dilakukan untuk
menganalisis parameter kedalaman kantung udara dan kebebasan bergeraknya. Tabel
4.18. merupakan hasil pengamatan faktor mutu kondisi kantung udara telur ayam
negeri kemas.
Tabel 4.18. Kondisi kantung udara telur
ayam negeri kemas
No. |
Faktor Mutu |
Tingkat
Mutu Telur Ayam Negeri Kemas |
|
Data |
Mutu SNI |
||
1. |
Kondisi Kantung
Udara |
||
|
|
0.09 |
I |
|
Tetap ditempat |
I |
Berdasarkan hasil pengamatan, kantung
udara telur ayam negeri kemas memiliki kedalaman sebesar 0.09 cm sehingga
diklasifikasikan ke dalam mutu I dengan persyaratan mutu kedalaman < 0.50
cm. Untuk parameter kebebasan bergerak, telur ayam negeri kemas dapat
diklasifikasikan ke dalam mutu I yaitu tetap di tempat. Kedua parameter yang
diuji pada telur ini bermutu baik sehingga mutu kantung udara telur ayam negeri
kemas secara keseluruhan diklasifikasikan ke dalam mutu I.
4.3.2.3 Kondisi
Putih Telur Ayam Negeri Kemas
Telur dipecahkan di atas cawan petri untuk
menganalisis parameter telur ayam konsumsi sesuai SNI yaitu kebersihan,
kekentalan, dan indeks putih telur. Kondisi putih telur dapat
menentukan tingkat kesegaran pada telur, dimana semakin kental putih telur maka
semakin segar telur tersebut (Jusriadi, 2014). Tabel 4.19.
merupakan hasil pengamatan faktor mutu kondisi kuning telur ayam negeri kemas.
Tabel 4.19. Kondisi putih telur ayam
negeri kemas
No. |
Faktor Mutu |
Tingkat
Mutu Telur Ayam Negeri Kemas |
|
Data |
Mutu SNI |
||
1. |
Kondisi Putih
Telur |
||
|
|
Ada sedikit bercak darah, tidak ada benda asing
lainnya |
II |
|
Encer |
III |
|
|
0.06 |
III |
Berdasarkan hasil pengamatan, kebersihan
putih telur ayam negeri kemas termasuk pada mutu II karena terdapat sedikit
bercak darah. Untuk kekentalannya tergolong ke dalam mutu III. Kemudian indeks
putih telur merupakan perbandingan antara tinggi dan diameter putih telur.
Tinggi putih telur sebesar 0.70 cm dan diameternya sebesar 9.50 cm, kemudian
dibandingkan menghasilkan indeks albumin yaitu 0.07. Indeks putih telur ayam
negeri kemas dapat diklasifikasikan ke dalam mutu III dengan persyaratan
mutunya berkisar antara adalah 0.050-0.091. Secara keseluruhan mutu putih telur
negeri kemas adalah III.
Indeks putih telur dapat menunjukkan
kesegaran dan kekentalan dari telur yaitu, semakin tua umur telur maka diameter
putih telur akan semakin lebar sehingga indeks putih telur akan semakin kecil.
Indeks putih telur ayam negeri kemas sebesar 0.07 merupakan indeks yang kecil
namun masih di dalam kisaran ideal putih telur segar yaitu berkisar antara
0,050-0,174 (BSN, 2008). Mutu kantung udara telur ayam negeri kemas secara
keseluruhan dapat diklasifikasikan ke dalam mutu II. Selama masa penyimpanan,
telur akan mengalami pertukaran gas antara lingkungan luar kerabang dengan isi
telur yang diakibatkan suhu, kelembaban, dan porositas kerabang telur (Yuwanta,
2010).
4.2.2.4 Kondisi
Kuning Telur Ayam Negeri Kemas
Telur dipecahkan di atas cawan petri untuk
menganalisis parameter telur ayam konsumsi sesuai SNI yaitu kebersihan,
kekentalan, dan indeks kuning telur. Tabel 4.20. merupakan hasil pengamatan
faktor mutu kondisi kuning telur ayam negeri kemas.
Tabel 4.20 Kondisi kuning telur ayam
negeri kemas
No. |
Faktor Mutu |
Tingkat
Mutu Telur Ayam Negeri Kemas |
|
Data |
Mutu SNI |
||
1. |
Kondisi Kuning
Telur |
||
|
|
Agak pipih |
II |
|
Sedikit bergeser |
II |
|
|
Agak jelas |
II |
|
|
bersih |
I |
|
|
0.33 |
III |
Bentuk kuning telur ayam negeri kemas agak
pipih, posisi kuning telur sedikit bergeser, serta penampakan batasnya tidak terlalu
jelas, sehingga dapat digolongkan dalam mutu II. Kebersihannya juga digolongkan
ke dalam mutu III karena terdapat bercak darah. Kemudian indeks kuning telur
merupakan perbandingan antara tinggi dan diameter kuning telur. Tinggi kuning
telur sebesar 1.10 cm dan diameternya sebesar 4.32 cm, kemudian dibandingkan
menghasilkan indeks kuning telur yaitu 0.25. Indeks ini berada di bawah nilai
dari SNI yang menyatakan bahwa indeks kuning telur segar berkisar antara
0,33-0,52. Indeks kuning telur tidak termasuk dalam kisaran mutu SNI karena
lebih rendah dari yang seharusnya. Hal ini dapat diakibatkan adanya perpindahan
air sebanyak 10 mg/hari pada suhu 10oC dari putih telur ke kuning
telur yang tekanan osmotiknya lebih tinggi dari putih telur. Semakin tua umur
telur maka kuning telur semakin besar sehingga indeks kuning telur semakin
kecil (Romanoff dan Romanoff, 1963 dalam Saputri, 2011). Secara keseluruhan,
4.2.2.5 Bau Telur
Ayam Negeri Kemas
Berdasarkan SNI, mutu telur ayam yang
baik memiliki bau yang khas. Bau khas tersebut terklasifikasikan kedalam mutu
I, II, dan III. Untuk sampel telur ayam negeri kemas yang dianalisa pada
pengamatan ini memiliki bau yang khas sesuai dengan persyaratan mutu SNI
3926:2008, sehingga digolongkan kedalam mutu I seperti yang tertera dalam tabel
4.21.
Tabel 4.21. Kondisi bau telur ayam negeri
kemas
No. |
Faktor Mutu |
Tingkat
Mutu Telur Ayam Negeri Kemas |
|
Data |
Mutu SNI |
||
5. |
Bau |
Khas |
I |
Apabila telur berbau menyimpang, maka
telur tersebut sudah rusak akibat adanya pelepasan gas, seperti CO2,
NH3, N2, dan kadang-kadang H2S sebagai hasil
degradasi bahan-bahan organik isi telur selama penyimpanan (Jusriadi, 2014).
4.2.2.6 Haugh
Unit Telur Ayam Negeri Kemas
Haugh Unit telur ayam negeri kemas adalah
76.14. Berdasarkan sumber, nilai ini menunjukkan telur memiliki grade AA yang
berarti telur masih segar dan masih bagus. Hal ini bertolak belakang dengan
indeks putih telur dan kuning telur yang menunjukkan bahwa telur yang diamati
berumur tua. Kontradiksi ini mungkin dapat disebabkan oleh metode percobaan
yang sebaiknya tidak menggunakan cawan petri sebagai alas untuk melihat
diameter telur. Selain itu juga terdapat kesalahan metode pengambilan data pada
perhitungan HU yaitu tinggi albumin telur yang dituangkan ke dalam cawan petri
yang memiliki batasan tidak akan sama dengan tinggi albumin bila telur yang
dituangkan ke atas alas tanpa batasan contohnya seperti plastik.
BAB V
KESIMPULAN
5.1
Kesimpulan
Hasil
pengamatan menunjukkan bahwa secara keseluruhan telur ayam kampung dan negeri baik
curah dan kemas, keempatnya diklasifikasikan ke dalam mutu II, dimana belum
terlalu lama masa penyimpanannya. Faktor-faktor lingkungan yang dapat
mempengaruhi mutu telur ayam konsumsi adalah waktu penyimpanan, suhu,
kelembaban, sehingga telur perlu dikondisikan agar saat dikonsumsi telur tetap
memiliki mutu yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Idayanti. “Perbedaan Variasi Lama Simpan Telur Ayam
Pada Penyimpanan Suhu Almari Es Dengan Suhu Kamar Terhadap Total Mikroba.” Skripsi Universitas Muhammadiyah Semarang (2010). Diambil dari http://digilib.unimus.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jtptunimus-gdl-idayantia2-5206&newlang=english; Internet; diakses pada 7 Februari 2017.
Jazil,
N., Hintono A., Mulyani S.. (2013). “Penurunan Kualitas Telur Ayam Ras dengan
Intensitas Warna Coklat Kerabang Berbeda Selama Penyimpanan”. Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan. Vol. 2
No. 1: 43-47.
Nazirah.
(2014). “Pengaruh Lama Penyimpanan Telur Puyuh (Coturnix coturnix japonica) Terhadap Daya Tetas dan Berat Telur”. Skripsi. Fakultas Kegiatan dan Ilmu
Pendidikan. Universitas Syiah Kuala Darussalam, Banda Aceh.
Rasyaf,
M. 1991. Pengelolaan Produksi telur.
Kanisius, Yogyakarta.
Roesdiyanto.
(2002). “Kualitas telur itik Tegal yang dipelihara secara intensif dengan
berbagai tingkat kombinasi metionin-lancang (Atlanta sp.)”. J. Animal Production. 4 (2): 77-82.
Sarwono,
B. 1994. Pengawetan Telur Dan Pemanfaatan
Telur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sirait,
H. Celly. 1986. Telur dan Pengolahannya. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan, Bogor.
Sudaryani,
T. 1996. Kualitas Telur. Penebar Swadaya, Jakarta.
Suprapti
L.2006.Pengawetan Telur. Kanisius, Yogyakarta.
Tri-Yuwanta.
(2002). “Telur dan Produksi Telur. Fakultas Peternakan”. Universitas Gadjah
Mada, Yogyakarta.
United States Department of Agriculture. 2000. United States Standards, Grades, and
Weight Classes for Shell Eggs https://www.ams.usda.gov/sites/default/files/media/Shell_Egg_Standard%5B1%5D.pdf